Ini Kisah Cerita Marsekal Hadi Berguru Kepada Johan Budi dan Boy Rafly
Suarabamega25.com – Sebelum menyandang bintang empat di pundak, Hadi Tjahjanto pernah mendapat tugas sebagai kepala dinas penerangan TNI-AU. Sebagai penerbang, dia mengaku sempat kesulitan mengemban tugas tersebut. Karena itu Hadi mau tak mau harus berguru ke orang lain yang dinilainya professional di bidang tersebut. Pilihannya jatuh kepada sosok Johan Budi SP dan Boy Rafly Amar.
“Saya senang dengan Johan Budi yang cool sehingga tidak bisa dicecar. Ia tahu arah pertanyaan (wartawan). Dari Pak Boy Rafly saya belajar bahwa ternyata harus banyak membaca untuk dapat menjawab pertanyaan dengan dimensi yang luas,” kata Hadi dalam buku Anak Sersan Jadi Panglima. Buku yang ditulis Eddy Suprapto itu akan diluncurkan, Jumat (16/3/2018) ini, dengan pembahas Kolonel Wahyu Tjahjadi dan pengamat militer Jaleswari Pramodhawardani.
Johan Budi adalah mantan jurnalis Tempo yang kemudian menjadi juru bicara Komisi Pemberantasan Korupsi, 2006-2014. Sejak 2016 hingga sekarang, Johan ditunjuk Presiden Joko Widodo sebagai juru bicara kepresidenan. Sementara Boy Rafly pernah menjadi juru bicara Mabes Polri, dan sejak April 2017 menjadi Kapolda Papua.
Dari kedua koleganya itu dan pengalamannya kemudian, Hadi menyimpulkan bahwa kunci sukses menjadi juru bicara adalah menyampaikan kebenaran, telling the truth. Bukan justru coba menutupinya. Menjadi juru bicara juga tak berarti harus sering muncul di media massa. Ketika masyarakat sudah banyak yang menggunakan media sosial, dia pun ikut memanfaatkannya.
Untuk berkomunikasi secara luas dengan publik, Hadi membuat akun facebook dan menunjuk perwira berpengetahuan luas dan mampu bergaul dalam bahasa anak muda untuk berinteraksi lewat twitter. Hasilnya, akun twitter @_TNI AU menjadi salah satu akun favorit yang memiliki sekitar 140 ribu pengikut.
Ketika kemudian terjadi sejumlah kecelakaan pesawat, seperti Air Asia yang hilang dalam penerbangan dari Surabaya menuju Singapura pada 28 Desember 2014, Hadi yang kemudian kerap tampil memberikan penjelasan kepada pers. Peran tersebut dijalan atas titah langsung Panglima TNI Jenderal Moeldoko untuk mewakili Kapuspen TNI Mayjen Fuad Basha.
“Panglima menganggap saya lebih cocok memberikan informasi yang diperlukan. Saya dianggap lebih paham tentang pesawat terbang karena berasal dari Angkatan udara,” kata Hadi.
Sumber : Detik.com
“Saya senang dengan Johan Budi yang cool sehingga tidak bisa dicecar. Ia tahu arah pertanyaan (wartawan). Dari Pak Boy Rafly saya belajar bahwa ternyata harus banyak membaca untuk dapat menjawab pertanyaan dengan dimensi yang luas,” kata Hadi dalam buku Anak Sersan Jadi Panglima. Buku yang ditulis Eddy Suprapto itu akan diluncurkan, Jumat (16/3/2018) ini, dengan pembahas Kolonel Wahyu Tjahjadi dan pengamat militer Jaleswari Pramodhawardani.
Johan Budi adalah mantan jurnalis Tempo yang kemudian menjadi juru bicara Komisi Pemberantasan Korupsi, 2006-2014. Sejak 2016 hingga sekarang, Johan ditunjuk Presiden Joko Widodo sebagai juru bicara kepresidenan. Sementara Boy Rafly pernah menjadi juru bicara Mabes Polri, dan sejak April 2017 menjadi Kapolda Papua.
Dari kedua koleganya itu dan pengalamannya kemudian, Hadi menyimpulkan bahwa kunci sukses menjadi juru bicara adalah menyampaikan kebenaran, telling the truth. Bukan justru coba menutupinya. Menjadi juru bicara juga tak berarti harus sering muncul di media massa. Ketika masyarakat sudah banyak yang menggunakan media sosial, dia pun ikut memanfaatkannya.
Untuk berkomunikasi secara luas dengan publik, Hadi membuat akun facebook dan menunjuk perwira berpengetahuan luas dan mampu bergaul dalam bahasa anak muda untuk berinteraksi lewat twitter. Hasilnya, akun twitter @_TNI AU menjadi salah satu akun favorit yang memiliki sekitar 140 ribu pengikut.
Ketika kemudian terjadi sejumlah kecelakaan pesawat, seperti Air Asia yang hilang dalam penerbangan dari Surabaya menuju Singapura pada 28 Desember 2014, Hadi yang kemudian kerap tampil memberikan penjelasan kepada pers. Peran tersebut dijalan atas titah langsung Panglima TNI Jenderal Moeldoko untuk mewakili Kapuspen TNI Mayjen Fuad Basha.
“Panglima menganggap saya lebih cocok memberikan informasi yang diperlukan. Saya dianggap lebih paham tentang pesawat terbang karena berasal dari Angkatan udara,” kata Hadi.
Sumber : Detik.com
Tidak ada komentar: