Kurang dari 24 Jam, Pria Telanjang Pengancam Jokowi TERCYDUCK
Suarabamega25.com – “Gua tegas pokoknya tangkap. Buat dua tim. Berangkat ke masing-masing lokasi… (Kita) bagi dua tim. Ada tim ke sekolah. Ada satu tim ke kediaman… Kita sudah mapping ini, kelihatan oranngnya sudah dapat, ciri-cirinya,” kata Dirkrimsus Polda Metro Jaya Kombes Adi Deriyan kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (23/5/2018).
Akhirnya identitas anak muda telanjang berkacamata yang tidak digendong di atas dua laki-laki gagah itu terbongkar! Tim kepolisian akan memburu orangnya di rumahnya dan di sekolahnya. Polisi membuat dua tim, agar permainan cepat selesai. Buat apa lama-lama dengan anak telanjang itu?
Anak ini menelanjangi dirinya, alih-alih ingin melepaskan atribut sekolahnya, akan tetapi malah terkorek dan terdeteksi oleh polisi. Manusia berparas oriental ini sepertinya cukup berani menantang Jokowi dan polisi. Ia menantang Jokowi dalam waktu 24 jam jika tidak menemuka orang ini, dia jadi pemenangnya.
Memangnya polisi tidak ada kerjaan lain, untuk mengurus hal-hal lain? Mungkin lebih dari 24 jam, tapi yang pasti, identitas anak ini sudah diketahui dalam waktu kurang dari 24 jam. Artinya, anak ini harus kalah. Ada yang mengatakan bahwa anak ini sedang di bawah pengaruh obat.
Mau di bawa pengaruh obat atau tidak, itu tidak menjadi dasar memaklumi tindakan yang dilakukan orang ini. Anak sekolah ini harus diberikan pelajaran agar tidak semena-mena menghina lambang negara, apalagi dalam kasus ini, Presiden.
Seharusnya sekolahnya mengajarkan nasionalisme, cinta tanah air, dan benar-benar memiliki bentuk kepedulian terhadap bangsa dan negara. Bukan hanya belajar secara intelektual, karakter kebangsaan pun harus ada.
Gw tembak lo! Gw pasung ya. Ini kacung gua ternyata. (Haha). Kacung gua. Gua pasung kepalanya. Liat mukanya. Jokowi gila! Gw bakar rumahnya! Presiden, gw tantang lu. Cari gw 24 jam, lu gak ketemuin gw, gw menang. Salam Harrison (Wilson/ Morrison) Jordani (end of video)
Sebagai anak bangsa, setiap siswa harus dididik dan diajarkan PMP. Pemahaman Pancasila, pengamalan Pancasila, dan jika perlu, pengaplikasian Pancasila. Melihat bibit-bibit radikalisme dan acuh tak acuh yang ada di dalam sekolah-sekolah, tentu ini menjadi agenda besar yang harus dimasukkan ke dalam kurikulum pembelajaran.
Pendidikan harus bertujuan bukan untuk mencerdaskan secara kognitif. Melainkan pendidikan harus bertujuan untuk mencerdaskan karakter. Membangun peradaban bukan hanya bicara melulu mengenai ilmu pengetahuan.
Mendidik untuk membangun rasa simpati, empati, dan karakter saling tenggang rasa dan menghormati, adalah sebuah hal yang penting di tengah dunia yang sudah cuek ini. Mendidik bukan hanya mencerdaskan otak, akan tetapi ada aspek afektif alias aspek sikap yang harus ditanamkan.
Ini menjadi tugas berat yang harus dikerjakan sekolah, di tengah zaman modernisme yang menjunjung tinggi nilai individualitas.
Pendidikan harus dikerjakan dari kecil. Pendidikan Pancasila, harus benar-benar dipikirkan untuk digencarkan oleh semua pihak pendidik. Belajar menghargai orang yang lebih tua, belajar menghargai bangsa dan negara adalah tugas setiap orang.
Indonesia dengan segala keberagamannya, harus tetap ada di dalam kesatuan NKRI. Ajarkan mereka tentang kebangsaan, sehingga mereka bisa memiliki karakter yang benar-benar luhur. Mencintai bangsa ini, karena memang Indonesia layak dicintai.
Bukan karena Jokowi, akan tetapi ini penghinaan terhadap Presiden Republik Indonesia, yang dipilih oleh mayoritas rakyat Indonesia. Sekolah-sekolah harus mengajarkan hal ini. Mutlak. Tidak ada yang terkecuali. Semua harus diajarkan nilai luhur kebangsaan.
Anak remaja ini sudah waktunya diberikan pelajaran. Mau diapain saja, kami rela. Mengapa? Karena orang ini sudah terbukti terang-terangan menghina Jokowi. Mau alasannya sedang on karena obat, atau sedang dikerjai oleh temannya, itu bukan alasan.
Sumber: seword.com
Akhirnya identitas anak muda telanjang berkacamata yang tidak digendong di atas dua laki-laki gagah itu terbongkar! Tim kepolisian akan memburu orangnya di rumahnya dan di sekolahnya. Polisi membuat dua tim, agar permainan cepat selesai. Buat apa lama-lama dengan anak telanjang itu?
Anak ini menelanjangi dirinya, alih-alih ingin melepaskan atribut sekolahnya, akan tetapi malah terkorek dan terdeteksi oleh polisi. Manusia berparas oriental ini sepertinya cukup berani menantang Jokowi dan polisi. Ia menantang Jokowi dalam waktu 24 jam jika tidak menemuka orang ini, dia jadi pemenangnya.
Memangnya polisi tidak ada kerjaan lain, untuk mengurus hal-hal lain? Mungkin lebih dari 24 jam, tapi yang pasti, identitas anak ini sudah diketahui dalam waktu kurang dari 24 jam. Artinya, anak ini harus kalah. Ada yang mengatakan bahwa anak ini sedang di bawah pengaruh obat.
Mau di bawa pengaruh obat atau tidak, itu tidak menjadi dasar memaklumi tindakan yang dilakukan orang ini. Anak sekolah ini harus diberikan pelajaran agar tidak semena-mena menghina lambang negara, apalagi dalam kasus ini, Presiden.
Seharusnya sekolahnya mengajarkan nasionalisme, cinta tanah air, dan benar-benar memiliki bentuk kepedulian terhadap bangsa dan negara. Bukan hanya belajar secara intelektual, karakter kebangsaan pun harus ada.
Gw tembak lo! Gw pasung ya. Ini kacung gua ternyata. (Haha). Kacung gua. Gua pasung kepalanya. Liat mukanya. Jokowi gila! Gw bakar rumahnya! Presiden, gw tantang lu. Cari gw 24 jam, lu gak ketemuin gw, gw menang. Salam Harrison (Wilson/ Morrison) Jordani (end of video)
Sebagai anak bangsa, setiap siswa harus dididik dan diajarkan PMP. Pemahaman Pancasila, pengamalan Pancasila, dan jika perlu, pengaplikasian Pancasila. Melihat bibit-bibit radikalisme dan acuh tak acuh yang ada di dalam sekolah-sekolah, tentu ini menjadi agenda besar yang harus dimasukkan ke dalam kurikulum pembelajaran.
Pendidikan harus bertujuan bukan untuk mencerdaskan secara kognitif. Melainkan pendidikan harus bertujuan untuk mencerdaskan karakter. Membangun peradaban bukan hanya bicara melulu mengenai ilmu pengetahuan.
Mendidik untuk membangun rasa simpati, empati, dan karakter saling tenggang rasa dan menghormati, adalah sebuah hal yang penting di tengah dunia yang sudah cuek ini. Mendidik bukan hanya mencerdaskan otak, akan tetapi ada aspek afektif alias aspek sikap yang harus ditanamkan.
Ini menjadi tugas berat yang harus dikerjakan sekolah, di tengah zaman modernisme yang menjunjung tinggi nilai individualitas.
Pendidikan harus dikerjakan dari kecil. Pendidikan Pancasila, harus benar-benar dipikirkan untuk digencarkan oleh semua pihak pendidik. Belajar menghargai orang yang lebih tua, belajar menghargai bangsa dan negara adalah tugas setiap orang.
Indonesia dengan segala keberagamannya, harus tetap ada di dalam kesatuan NKRI. Ajarkan mereka tentang kebangsaan, sehingga mereka bisa memiliki karakter yang benar-benar luhur. Mencintai bangsa ini, karena memang Indonesia layak dicintai.
Bukan karena Jokowi, akan tetapi ini penghinaan terhadap Presiden Republik Indonesia, yang dipilih oleh mayoritas rakyat Indonesia. Sekolah-sekolah harus mengajarkan hal ini. Mutlak. Tidak ada yang terkecuali. Semua harus diajarkan nilai luhur kebangsaan.
Anak remaja ini sudah waktunya diberikan pelajaran. Mau diapain saja, kami rela. Mengapa? Karena orang ini sudah terbukti terang-terangan menghina Jokowi. Mau alasannya sedang on karena obat, atau sedang dikerjai oleh temannya, itu bukan alasan.
Sumber: seword.com
Tidak ada komentar: