Wow.. Wanita Cantik ini Pernah Habisi 100 nyawa Grombolan
Suarabamega25.com – Islamic State in Iraq and Syria (ISIS) adalah kelompok ekstrimis radikal (teroris) yang ada di Timur Tengah.
ISIS selalu berasumsi bahwa tindakan mereka berlandaskan agama tapi nyatanya selalu berujung kekerasan dan pertumpahan darah.
Suriah dan Irak menjadi ladang pembantaian kelompok ekstrimis ini.
Mereka kerap melakukan eksekusi-eksekusi tak manusiawi terhadap musuh-musuhnya. Seperti korban dijatuhkan dari gedung bertingkat, dikebiri hingga dipancung didepan khalayak umum.
Tapi, siapa sangka ada seorang wanita yang pernah membantai 100 nyawa pejuang ISIS. Dia adalah Joanna Palani, sniper cantik blasteran Kurdi-Denmark.
Saat itu, Joanna rela meninggalkan masa studinya untuk bertempur melawan ISIS.
Atas prestasinya yang menghabisi para pejuang ISIS, Joanna menjadi sniper kebanggan Batalion YPG.
Batalion YPG merupakan bagian dari Angkatan Bersenjata Oemerintah Regional Kurdistan di Irak. Joanna biasa ‘berburu’ pada malam hari.
Dengan pakaian kamuflase dan berebkal teropong termal, granat dan kudapan dia siap menghabisi nyawa pejuang ISIS dari tempat-tempat sepi.
Joanna memang berbeda dengan wanita pada umumnya. Joanna kecil memiliki pengalaman buruk di pengungsian.
Mentalnya terbentuk dealam kerasanya perjuangan keluarganya, yaitu orang-orang Kurdistan dalam peperangan di Irak. Joanna sempat diungsikan ke Denmark agar mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Namun, keinginannya untuk menguasai senapan tak kuasa ditepis ketika kakeknya mengajak berlatih menembak pada usia sembilan tahun.
Joanna meninggalkan bangku kuliah dan pergi ke Irak pada 2014. “Para penempur ISIS adalah mesin pembunuh, namun sejujurnya amat mudah untuk menjatuhkan mereka,” ucap Joanna dikutip Grid.ID dari Daily Mail. Pimpinan ISIS tak tinggal diam ketika mengetahui bahwa Kurdi memiliki mesin pembunuh ini.
Untuk itu, mereka telah mengumumkan kepada siapa saja yang bisa membunuh atau menangkap Joanna Palani akan diberi imbalan sebesar 1 juta dolar atau senilai dengan Rp 13 miliar. “ISIS memang sangat ingin menangkap saya, lalu menjadikan saya budak,” terang Joanna.
Informasi tentang keganasan Joanna ini tampaknya sengaja disebarluaskan untuk menurunkan moral pejuang ISIS.
Di sisi lain, informasi ini memancing berbagai media di Eropa untuk menguak kisahnya. Kesempatan ini muncul ketika badan intelejen Denmark (P.E.T) menangkap Joanna pada Desember 2016.
Maksud P.E.T menangkap Joanna ini untuk ‘mengamankan’ sang sniper, Tapi pihak kejaksaan tampaknya tidak mau ambil risiko.
Wartawan dari Daily Mail berhasil mewawancarai buruan utama ISIS ini tak lama setelah dibebaskan dari penjara akhir Januari 2017. (*)
Sumber: Serambinews.com
ISIS selalu berasumsi bahwa tindakan mereka berlandaskan agama tapi nyatanya selalu berujung kekerasan dan pertumpahan darah.
Suriah dan Irak menjadi ladang pembantaian kelompok ekstrimis ini.
Mereka kerap melakukan eksekusi-eksekusi tak manusiawi terhadap musuh-musuhnya. Seperti korban dijatuhkan dari gedung bertingkat, dikebiri hingga dipancung didepan khalayak umum.
Tapi, siapa sangka ada seorang wanita yang pernah membantai 100 nyawa pejuang ISIS. Dia adalah Joanna Palani, sniper cantik blasteran Kurdi-Denmark.
Saat itu, Joanna rela meninggalkan masa studinya untuk bertempur melawan ISIS.
Atas prestasinya yang menghabisi para pejuang ISIS, Joanna menjadi sniper kebanggan Batalion YPG.
Batalion YPG merupakan bagian dari Angkatan Bersenjata Oemerintah Regional Kurdistan di Irak. Joanna biasa ‘berburu’ pada malam hari.
Dengan pakaian kamuflase dan berebkal teropong termal, granat dan kudapan dia siap menghabisi nyawa pejuang ISIS dari tempat-tempat sepi.
Joanna memang berbeda dengan wanita pada umumnya. Joanna kecil memiliki pengalaman buruk di pengungsian.
Mentalnya terbentuk dealam kerasanya perjuangan keluarganya, yaitu orang-orang Kurdistan dalam peperangan di Irak. Joanna sempat diungsikan ke Denmark agar mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Namun, keinginannya untuk menguasai senapan tak kuasa ditepis ketika kakeknya mengajak berlatih menembak pada usia sembilan tahun.
Joanna meninggalkan bangku kuliah dan pergi ke Irak pada 2014. “Para penempur ISIS adalah mesin pembunuh, namun sejujurnya amat mudah untuk menjatuhkan mereka,” ucap Joanna dikutip Grid.ID dari Daily Mail. Pimpinan ISIS tak tinggal diam ketika mengetahui bahwa Kurdi memiliki mesin pembunuh ini.
Untuk itu, mereka telah mengumumkan kepada siapa saja yang bisa membunuh atau menangkap Joanna Palani akan diberi imbalan sebesar 1 juta dolar atau senilai dengan Rp 13 miliar. “ISIS memang sangat ingin menangkap saya, lalu menjadikan saya budak,” terang Joanna.
Informasi tentang keganasan Joanna ini tampaknya sengaja disebarluaskan untuk menurunkan moral pejuang ISIS.
Di sisi lain, informasi ini memancing berbagai media di Eropa untuk menguak kisahnya. Kesempatan ini muncul ketika badan intelejen Denmark (P.E.T) menangkap Joanna pada Desember 2016.
Maksud P.E.T menangkap Joanna ini untuk ‘mengamankan’ sang sniper, Tapi pihak kejaksaan tampaknya tidak mau ambil risiko.
Wartawan dari Daily Mail berhasil mewawancarai buruan utama ISIS ini tak lama setelah dibebaskan dari penjara akhir Januari 2017. (*)
Sumber: Serambinews.com
Tidak ada komentar: