10 Jam Bersama Kapolri dan Panglima TNI Meninjau Jalur Mudik
Suarabamega25.com – Ada yang berbeda dalam persiapan pengamanan mudik pada hari raya Idhulfitri tahun ini. Bukan hanya soal jalan tol saja yang saat ini sudah bablas dari Jakarta menembus jantung kota Surabaya.
Tapi kemesraan yang ditunjukkan dua pentolan penjaga keamanan dan ketertiban, Kapolri Jenderal Tito Karnavian dengan penjaga pertahanan negara Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto patut diberi acungan jempol.
Sinar matahari pagi itu menyambut hangat kedatangan saya di landasan Base Ops Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu (10/6/18). Semangat keakraban Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.
Hari itu, saya bersama Kapolri, Panglima TNI dan Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani sebagai wakil pemerintah serta sejumlah menteri Kabinet Kerja meninjau jalur mudik di 3 provinsi utama, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Turut bersama kami antara lain Menteri Kesehatan Nila Moeloek, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Kepala Badan SAR Nasional Marsdya Muhammad Syaugi, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol Kementerian PUPR Herry Zuna, Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi, Dirut Jasa Marga Desi Arryani.
Rombongan menggunakan 4 unit helikopter, 2 helikopter Dauphin dari Polri dan 2 unit helikopter Caracal serta helikopter Super Puma dari TNI. Setelah berbincang-bincang dan mendapat menjelaskan tentang tujuan dan rute kunjungan oleh Kapolri, kami lepas landas sekitar pukul 08.00 WIB dari Halim Perdanakusuma, Jakarta. Tujuan pertama rombongan mendarat di Pos Polisi Cikopo, Jawa Barat untuk menerima paparan dari Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Agung Budi Maryoto.
Dari ketinggian tampak ruas jalan tol Jakarta-Cikampet padat merayap karena terjadinya penyumbatan jalan adanya proyek pembangunan jalan yang belum selesai. Selebihnya dari Cikampek ke arah Cirebon terlihat lancar.
Saya satu heli dengan Panglima TNI, Kepala Basarnas dan Plt Direktur Pertamina yang duduk di baris depan. Sementara saya, Kapolri dan Menko PMK duduk di baris belakang.
Puan tampak sibuk mengabadikan ruas-ruas jalan tol dari kejauhan. Saya lirik Kapolri tampak menyandarkan kepala sambil mencoba memejamkan mata.
Setelah sekitar 25 menit di udara, kami pun mendarat dan disambut kesenian tari Rampak Gendang khas Jawa Barat yang dibawakan pasukan gabungan TNI-Polri. Hati saya bergetar, kekompakan yang ditunjukkan Kapolri dan Panglima TNI juga terlihat sampai ke prajurit di lapangan.
Ini menunjukkan kesolidan TNI-Polri dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Jika TNI-Polri sudah solid, berarti negara aman dan masyarakat akan terjamin keselamatannya.
Baik Kapolri dan Panglima TNI telah memberikan tauladan kepada masyarakat, diantara mereka tidak terlihat persaingan maupun adu gensi. Bahkan tak jarang saling memuji.
Keduanya seiring sejalan dalam berbakti kepada negeri untuk melayani masyarakat sepenuh hati. Dalam hati saya bergumam, harusnya para elite politik juga mencontoh kemuliaan hati Kapolri dan Panglima TNI.
Dari laporan Kapolda Jawa Barat dan hasil pantauan di Pos Polisi Cikopo, terlihat arus mudik sudah ramai sekali namun masih lancar terkendali. Saya yakin TNI, Polri, Badan Pengelola Jalan Tol serta unit terkait lainnya senantiasa siaga menghadapi berbagai kemungkinan yang akan terjadi.
Semua sepakat semaksimal mungkin agar dari segi kelaikan jalan bisa zero accident. Selain itu, kecelakan dari segi human error juga bisa diminimalisir. Minimnya tingkat kecelakan akan menjadi barmometer keberhasilan TNI-Polri serta pemerintah dalam menyukseskan perjalanan mudik tahun ini.
Dari Pos Polisi Cikopo, Jawa Barat, kami lanjut take off menggunakan helikopter yang sama menuju Stadion Karangbirahi, Brebes untuk meninjau sejumlah jalur mudik di Jawa Tengah.
Setelah sekitar 1 jam terbang, rombongan mendarat di Brebes disambut Kapolda Jawa Tengah, dilanjutkan perjalanan 11,5 Km menggunakan jalur darat menuju Rest Area Penarukan. Lalu menuju Gerbang Tol Kertasari yang berjarak 15,2 Km untuk meninjau Pos Pelayanan serta menerima paparan dari Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Condro Kirono.
Tol fungsional ini terlihat sekali manfaatnya. Walaupun baru dibuka Jumat (8/6/18) oleh Kapolda Jateng, namun para pemudik tak berhenti menyerbunya. Ini menunjukkan program infrastruktur yang dikerjakan pemerintah memang membawa manfaat yang besar. Bayangkan, dari Brebes sampai Semarang kita hanya memerlukan waktu sekitar 2,5 jam. Sementara dari Jakarta-Brebes hanya 4 jam.
Dari Jawa Tengah, kami selanjutnya terbang kembali sekitar 1 jam 10 menit menuju Pom Pelayanan Rest Area KM 575, Ngale, Paron untuk menerima paparan dari Kapolda Jawa Timur Irjen Machfud Arifin.
Jalur ruas tol Ngawi-Solo termasuk yang difungsionalkan sehingga bisa mengurai kemacetan yang biasanya terjadi di jalur arteri Ngawi Mantingan perbatasan Sragen Jawa Tengah. Walau masih fungsional, namun kondisinya sudah sangat memadai, baik dari keselamatan maupun kenyamanan pengguna jalan.
Memang ada beberapa titik perlintasan rawan kecelakaan atau black spot akibat beberapa overpass yang masih dalam penyelesaian. Namun, aparat dan petugas terlihat siaga melakukan rekayasa lalu lintas disana.
Dari pantauan jalur mudik di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, secara keseluruhan aparat dan petugas terlihat sangat siap melayani pemudik. Saya berpesan antisipasi potensi kemacetan harus terus diwaspadai sedini mungkin, terutama disekitar rest area.
Pengaturan arus mutlak harus dilakukan. Jika memang diperlukan contra flow untuk mengurai kemacetan seperti pada mudik tahun lalu, saya kira tidak masalah. Yang terpenting tetap mengedepankan segi keselamatan pengguna jalan.
Begitupun dengan rencana menggratiskan jalan tol jika antriannya sudah panjang sekali melebihi 3 kilometer. Demi kelancaran dan kenyamanan saudara-saudara kita, saya yakin Jasa Marga tidak akan bangkrut jika dalam situasi tertentu masuk gerbang tol di gratiskan. Toh jalan tol juga dibangun oleh uang rakyat.
Sebelum menyelesaikan seluruh rangkaian peninjauan, saya ikut menyemangati para petugas di setiap pos mudik. Berkat kerja keras para petugas inilah masyarakat bisa menikmati perjalanan mudik dengan baik.
Di panas terik dan kadangkala kehujanan, para petugas dari Polri dibantu prajurit TNI kita ini tak mengenal lelah mengatur lalu lintas, serta memastikan jalur mudik dan keselamatan masyarakat bisa terjaga dengan baik. Saya berdoa, semoga apa yang mereka lakukan akan menjadi tambahan amal ibadah dihadapan Tuhan Yang Maha Esa.
Seusai dari peninjauan jalur mudik terakhir di Ngawi, kami melanjutkan 10 menit perjalanan udara menuju Lanud Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur, untuk kemudian take off menggunakan pesawat Boeing TNI AU menuju Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Sekitar 1 jam perjalanan menuju Jakarta, saya sangat senang berbagai proyek infrastruktur jalan dari mulai Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur telah siap melayani para pemudik yang akan pulang ke kampung halamannya masing-masing.
Harus diakui masih ada beberapa ruas tol yang belum sepenuhnya dioperasionalkan dan masih difungsionalkan. Namun, dari segi keselamatan dan pelayanan bisa terjamin sehingga melancarkan arus mudik.
Akhirnya masyarakat bisa merasakan berbagai program infrastruktur yang digenjot pemerintah setahun belakangan ini. Para pemudik saya yakin merasakan perbedaannya.
Saya tersenyum simpul mengingat kata-kata Panglima TNI dan Kapolri sepanjang perjalanan darat di dalan mobil dari Brebes ke pos pengamanan mudik di Tegal, yang mencoba membandingkan Jokowi dengan Daendels. Dimana hanya dalam waktu kurang dari tiga tahun, Presiden Jokowi sudah hampir merampungkan jalan tol seribuan lebih kilometer yang menghubung Jakarta-Surabaya.
Seperti diketahui, Pembangunan ruas tol Trans Jawa sepanjang 661 kilometer terus dikebut pengerjaannya. Saat ini ada 7 ruas yang tengah dalam masa konstruksi menuju target pengoperasiannya di tahun ini hingga akhir 2018 mendatang.
Ruas Trans Jawa paling Barat dimulai dari Pejagan-Pemalang yang memiliki panjang total 58 km (4 seksi). Saat ini sudah ada 20 km dari ruas ini yang beroperasi. Sementara 38 km sisanya dari Brebes Timur ke Pemalang sedang dalam konstruksi, dengan progres tanah 99,95 persen dan fisik 80,12 persen.
Berlanjut ke Tol Pemalang-Batang sepanjang 39 km yang terdiri dari 2 seksi. Saat ini kedua seksinya masih dalam tahap konstruksi dengan progress tanah 98,3 persen dan fisik 41,79 persen. Ruas ini ditarget bisa beroperasi penuh bulan Juni 2018 mendatang.
Ruas selanjutnya Trans Jawa yang sedang dalam pengerjaan adalah Batang-Semarang sepanjang 75 km (5 seksi). Sama halnya dengan Pemalang-Batang, kelima seksi dari ruas ini juga belum ada yang beroperasi. Progres pengadaan lahan saat ini sudah 97,42 persen dan konstruksi 48,47 persen.
Setelah dari Semarang, Tol Trans Jawa berlanjut ke ruas Semarang-Solo yang memiliki panjang 73 km (5 seksi). 40 km dari total ruas ini sudah beroperasi, sedangkan 33 km dalam masa konstruksi, dari Salatiga menuju Kartosuro. Progres tanah saat ini sudah 97,69 persen sedangkan konstruksi sudah 62,66 persen.
Dari Solo, jalan bebas hambatan berlanjut terus ke arah Timur menuju ruas Solo-Ngawi sepanjang 90 km yang terdiri dari 4 seksi.
Kemudian, sebelum masuk ke ruas Surabaya-Mojokerto, didahului terlebih dahulu oleh Tol Ngawi-Kertosono sepanjang 87 km (4 seksi).
“Harusnya Pak Ketua, nanti kalau sudah rampung segera usulkan nama jalan tol Jakarta-Surabaya adalah jalan tol Joko Widodo,” ujar Kapolri yang didukung Panglima TNI kepada saya.
Menko PMK yang ikut mendengarkan di dalam mobil ikut tertawa. Saya sendiri tersenyum saja mendengar canda serius Kapolri. Diam-diam di dalam hati saya bergumam, boleh juga usulan Kapolri dan Panglima TNI itu.
Tapi kemesraan yang ditunjukkan dua pentolan penjaga keamanan dan ketertiban, Kapolri Jenderal Tito Karnavian dengan penjaga pertahanan negara Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto patut diberi acungan jempol.
Sinar matahari pagi itu menyambut hangat kedatangan saya di landasan Base Ops Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu (10/6/18). Semangat keakraban Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.
Hari itu, saya bersama Kapolri, Panglima TNI dan Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani sebagai wakil pemerintah serta sejumlah menteri Kabinet Kerja meninjau jalur mudik di 3 provinsi utama, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Turut bersama kami antara lain Menteri Kesehatan Nila Moeloek, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Kepala Badan SAR Nasional Marsdya Muhammad Syaugi, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol Kementerian PUPR Herry Zuna, Dirjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi, Dirut Jasa Marga Desi Arryani.
Rombongan menggunakan 4 unit helikopter, 2 helikopter Dauphin dari Polri dan 2 unit helikopter Caracal serta helikopter Super Puma dari TNI. Setelah berbincang-bincang dan mendapat menjelaskan tentang tujuan dan rute kunjungan oleh Kapolri, kami lepas landas sekitar pukul 08.00 WIB dari Halim Perdanakusuma, Jakarta. Tujuan pertama rombongan mendarat di Pos Polisi Cikopo, Jawa Barat untuk menerima paparan dari Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Agung Budi Maryoto.
Dari ketinggian tampak ruas jalan tol Jakarta-Cikampet padat merayap karena terjadinya penyumbatan jalan adanya proyek pembangunan jalan yang belum selesai. Selebihnya dari Cikampek ke arah Cirebon terlihat lancar.
Saya satu heli dengan Panglima TNI, Kepala Basarnas dan Plt Direktur Pertamina yang duduk di baris depan. Sementara saya, Kapolri dan Menko PMK duduk di baris belakang.
Puan tampak sibuk mengabadikan ruas-ruas jalan tol dari kejauhan. Saya lirik Kapolri tampak menyandarkan kepala sambil mencoba memejamkan mata.
Setelah sekitar 25 menit di udara, kami pun mendarat dan disambut kesenian tari Rampak Gendang khas Jawa Barat yang dibawakan pasukan gabungan TNI-Polri. Hati saya bergetar, kekompakan yang ditunjukkan Kapolri dan Panglima TNI juga terlihat sampai ke prajurit di lapangan.
Ini menunjukkan kesolidan TNI-Polri dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Jika TNI-Polri sudah solid, berarti negara aman dan masyarakat akan terjamin keselamatannya.
Baik Kapolri dan Panglima TNI telah memberikan tauladan kepada masyarakat, diantara mereka tidak terlihat persaingan maupun adu gensi. Bahkan tak jarang saling memuji.
Keduanya seiring sejalan dalam berbakti kepada negeri untuk melayani masyarakat sepenuh hati. Dalam hati saya bergumam, harusnya para elite politik juga mencontoh kemuliaan hati Kapolri dan Panglima TNI.
Dari laporan Kapolda Jawa Barat dan hasil pantauan di Pos Polisi Cikopo, terlihat arus mudik sudah ramai sekali namun masih lancar terkendali. Saya yakin TNI, Polri, Badan Pengelola Jalan Tol serta unit terkait lainnya senantiasa siaga menghadapi berbagai kemungkinan yang akan terjadi.
Semua sepakat semaksimal mungkin agar dari segi kelaikan jalan bisa zero accident. Selain itu, kecelakan dari segi human error juga bisa diminimalisir. Minimnya tingkat kecelakan akan menjadi barmometer keberhasilan TNI-Polri serta pemerintah dalam menyukseskan perjalanan mudik tahun ini.
Dari Pos Polisi Cikopo, Jawa Barat, kami lanjut take off menggunakan helikopter yang sama menuju Stadion Karangbirahi, Brebes untuk meninjau sejumlah jalur mudik di Jawa Tengah.
Setelah sekitar 1 jam terbang, rombongan mendarat di Brebes disambut Kapolda Jawa Tengah, dilanjutkan perjalanan 11,5 Km menggunakan jalur darat menuju Rest Area Penarukan. Lalu menuju Gerbang Tol Kertasari yang berjarak 15,2 Km untuk meninjau Pos Pelayanan serta menerima paparan dari Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Condro Kirono.
Tol fungsional ini terlihat sekali manfaatnya. Walaupun baru dibuka Jumat (8/6/18) oleh Kapolda Jateng, namun para pemudik tak berhenti menyerbunya. Ini menunjukkan program infrastruktur yang dikerjakan pemerintah memang membawa manfaat yang besar. Bayangkan, dari Brebes sampai Semarang kita hanya memerlukan waktu sekitar 2,5 jam. Sementara dari Jakarta-Brebes hanya 4 jam.
Dari Jawa Tengah, kami selanjutnya terbang kembali sekitar 1 jam 10 menit menuju Pom Pelayanan Rest Area KM 575, Ngale, Paron untuk menerima paparan dari Kapolda Jawa Timur Irjen Machfud Arifin.
Jalur ruas tol Ngawi-Solo termasuk yang difungsionalkan sehingga bisa mengurai kemacetan yang biasanya terjadi di jalur arteri Ngawi Mantingan perbatasan Sragen Jawa Tengah. Walau masih fungsional, namun kondisinya sudah sangat memadai, baik dari keselamatan maupun kenyamanan pengguna jalan.
Memang ada beberapa titik perlintasan rawan kecelakaan atau black spot akibat beberapa overpass yang masih dalam penyelesaian. Namun, aparat dan petugas terlihat siaga melakukan rekayasa lalu lintas disana.
Dari pantauan jalur mudik di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, secara keseluruhan aparat dan petugas terlihat sangat siap melayani pemudik. Saya berpesan antisipasi potensi kemacetan harus terus diwaspadai sedini mungkin, terutama disekitar rest area.
Pengaturan arus mutlak harus dilakukan. Jika memang diperlukan contra flow untuk mengurai kemacetan seperti pada mudik tahun lalu, saya kira tidak masalah. Yang terpenting tetap mengedepankan segi keselamatan pengguna jalan.
Begitupun dengan rencana menggratiskan jalan tol jika antriannya sudah panjang sekali melebihi 3 kilometer. Demi kelancaran dan kenyamanan saudara-saudara kita, saya yakin Jasa Marga tidak akan bangkrut jika dalam situasi tertentu masuk gerbang tol di gratiskan. Toh jalan tol juga dibangun oleh uang rakyat.
Sebelum menyelesaikan seluruh rangkaian peninjauan, saya ikut menyemangati para petugas di setiap pos mudik. Berkat kerja keras para petugas inilah masyarakat bisa menikmati perjalanan mudik dengan baik.
Di panas terik dan kadangkala kehujanan, para petugas dari Polri dibantu prajurit TNI kita ini tak mengenal lelah mengatur lalu lintas, serta memastikan jalur mudik dan keselamatan masyarakat bisa terjaga dengan baik. Saya berdoa, semoga apa yang mereka lakukan akan menjadi tambahan amal ibadah dihadapan Tuhan Yang Maha Esa.
Seusai dari peninjauan jalur mudik terakhir di Ngawi, kami melanjutkan 10 menit perjalanan udara menuju Lanud Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur, untuk kemudian take off menggunakan pesawat Boeing TNI AU menuju Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Sekitar 1 jam perjalanan menuju Jakarta, saya sangat senang berbagai proyek infrastruktur jalan dari mulai Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur telah siap melayani para pemudik yang akan pulang ke kampung halamannya masing-masing.
Harus diakui masih ada beberapa ruas tol yang belum sepenuhnya dioperasionalkan dan masih difungsionalkan. Namun, dari segi keselamatan dan pelayanan bisa terjamin sehingga melancarkan arus mudik.
Akhirnya masyarakat bisa merasakan berbagai program infrastruktur yang digenjot pemerintah setahun belakangan ini. Para pemudik saya yakin merasakan perbedaannya.
Saya tersenyum simpul mengingat kata-kata Panglima TNI dan Kapolri sepanjang perjalanan darat di dalan mobil dari Brebes ke pos pengamanan mudik di Tegal, yang mencoba membandingkan Jokowi dengan Daendels. Dimana hanya dalam waktu kurang dari tiga tahun, Presiden Jokowi sudah hampir merampungkan jalan tol seribuan lebih kilometer yang menghubung Jakarta-Surabaya.
Seperti diketahui, Pembangunan ruas tol Trans Jawa sepanjang 661 kilometer terus dikebut pengerjaannya. Saat ini ada 7 ruas yang tengah dalam masa konstruksi menuju target pengoperasiannya di tahun ini hingga akhir 2018 mendatang.
Ruas Trans Jawa paling Barat dimulai dari Pejagan-Pemalang yang memiliki panjang total 58 km (4 seksi). Saat ini sudah ada 20 km dari ruas ini yang beroperasi. Sementara 38 km sisanya dari Brebes Timur ke Pemalang sedang dalam konstruksi, dengan progres tanah 99,95 persen dan fisik 80,12 persen.
Berlanjut ke Tol Pemalang-Batang sepanjang 39 km yang terdiri dari 2 seksi. Saat ini kedua seksinya masih dalam tahap konstruksi dengan progress tanah 98,3 persen dan fisik 41,79 persen. Ruas ini ditarget bisa beroperasi penuh bulan Juni 2018 mendatang.
Ruas selanjutnya Trans Jawa yang sedang dalam pengerjaan adalah Batang-Semarang sepanjang 75 km (5 seksi). Sama halnya dengan Pemalang-Batang, kelima seksi dari ruas ini juga belum ada yang beroperasi. Progres pengadaan lahan saat ini sudah 97,42 persen dan konstruksi 48,47 persen.
Setelah dari Semarang, Tol Trans Jawa berlanjut ke ruas Semarang-Solo yang memiliki panjang 73 km (5 seksi). 40 km dari total ruas ini sudah beroperasi, sedangkan 33 km dalam masa konstruksi, dari Salatiga menuju Kartosuro. Progres tanah saat ini sudah 97,69 persen sedangkan konstruksi sudah 62,66 persen.
Dari Solo, jalan bebas hambatan berlanjut terus ke arah Timur menuju ruas Solo-Ngawi sepanjang 90 km yang terdiri dari 4 seksi.
Kemudian, sebelum masuk ke ruas Surabaya-Mojokerto, didahului terlebih dahulu oleh Tol Ngawi-Kertosono sepanjang 87 km (4 seksi).
“Harusnya Pak Ketua, nanti kalau sudah rampung segera usulkan nama jalan tol Jakarta-Surabaya adalah jalan tol Joko Widodo,” ujar Kapolri yang didukung Panglima TNI kepada saya.
Menko PMK yang ikut mendengarkan di dalam mobil ikut tertawa. Saya sendiri tersenyum saja mendengar canda serius Kapolri. Diam-diam di dalam hati saya bergumam, boleh juga usulan Kapolri dan Panglima TNI itu.
Sumber: Seruindonesia.com
Tidak ada komentar: