Presiden Joko Widodo (Jokowi): Jaga Semangat Persaudaraan
Suarabamega25.com – Presiden Joko Widodo pada Rabu malam, 1 Agustus 2018, menghadiri zikir kebangsaan yang digelar di halaman depan Istana Merdeka, Jakarta. Zikir bersama dengan para ulama dan Majelis Zikir Hubbul Wathon yang untuk kedua kalinya digelar di Istana Kepresidenan ini sekaligus menandai dimulainya rangkaian kegiatan peringatan hari ulang tahun kemerdekaan ke-73 Republik Indonesia.
Dalam sambutannya, Presiden mengajak bangsa Indonesia untuk bersama memanjatkan rasa syukur kepada Allah yang telah memberikan bangsa Indonesia rahmat kemerdekaan. Sebab hanya dengan rahmat Yang Maha Kuasa, bangsa Indonesia kini dapat merasakan kemerdekaan yang sebentar lagi genap berusia 73 tahun. “Marilah kita mensyukuri rahmat Allah yang diberikan pada kita, yaitu rahmat kemerdekaan. Kita sering lupa mensyukuri ini bahwa kita beratus tahun dijajah, perang, kemudian atas rahmat Allah yang diberikan kepada bangsa Indonesia kita sekarang sudah merdeka kurang lebih 73 tahun,” ujarnya.
Selain mengingatkan bangsa Indonesia untuk senantiasa mensyukuri nikmat kemerdekaan, Presiden Joko Widodo juga mengingatkan bahwa segenap elemen bangsa harus meneguhkan komitmen dalam menjaga persatuan, kerukunan, dan toleransi di tengah segala perbedaan untuk kemajuan Indonesia. Dirinya mengatakan bahwa perbedaan yang ada sesungguhnya adalah pemberian Allah yang juga harus kita syukuri.
“Itu semua adalah anugerah yang diberikan Allah kepada kita yang patut kita syukuri bersama-sama,” tuturnya. Dengan lebih dari 17 ribu pulau, 714 suku, dan 1.100 bahasa daerah sudah tentu menjadikan bangsa Indonesia kaya akan keanekaragaman budaya, adat istiadat, kepercayaan, dan pandangan. Namun, hendaklah perbedaan itu tidak dimaknai sebagai alasan untuk berpecah belah karena sesungguhnya hal itulah yang menjadi kekuatan terbesar bangsa Indonesia sejak meraih kemerdekaannya.
“Apa yang harus kita tarik dari perbedaan itu? Ini akan menjadi sebuah kekuatan apabila kita bersatu. Karena aset terbesar bangsa ini adalah persatuan, kerukunan, dan persaudaraan selain kita dianugerahi oleh Allah sumber daya alam yang melimpah,” ucapnya.
Oleh karenanya, sebagai wujud rasa syukur bangsa Indonesia kepada Allah, Kepala Negara mengajak kita untuk bersama-sama menjaga kerukunan dan persaudaraan. Inilah satu aset terbesar yang harus selalu dijaga segenap rakyat Indonesia hingga kapanpun. “Aset terbesar bangsa ini adalah persatuan, kerukunan, persaudaraan. Inilah yang harus terus kita jaga,” imbuhnya.
Lebih jauh, Presiden Joko Widodo juga meminta agar semangat persaudaraan ini terus dipelihara dalam pesta demokrasi yang akan menghampiri Indonesia beberapa waktu mendatang. Perbedaan pandangan dan pilihan merupakan hal lumrah dalam sebuah negara demokrasi. Namun, jangan sampai hal itu malah menumbuhkan bibit-bibit perpecahan.
“Jangan sampai karena perbedaan pilihan kita menjadi retak dan tidak saling menyapa antarsaudara, antartetangga, dan antarkampung. Jangan sampai sesama umat muslim saling menjelekkan, mencemooh, dan saling mencela,” kata Presiden. Untuk diketahui, tradisi zikir kebangsaan bersama para ulama di Istana Kepresidenan ini dilakukan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla sejak tahun 2017 lalu.
Zikir kebangsaan ini dihadiri ratusan ulama dan ribuan santri yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Beberapa ulama yang hadir dalam zikir kebangsaan malam ini di antaranya Kiai Haji Ma’ruf Amin (Ketua MUI), Kiai Haji Mustofa Said Aqil Siradj (Ketua Majelis Hubbul Wathon), Kiai Haji Maimun Zubair (sesepuh NU), dan Kiai Haji Kafabih Mahrus Ali (dari Pesantren Lirboyo Kediri).
Dalam sambutannya, Presiden mengajak bangsa Indonesia untuk bersama memanjatkan rasa syukur kepada Allah yang telah memberikan bangsa Indonesia rahmat kemerdekaan. Sebab hanya dengan rahmat Yang Maha Kuasa, bangsa Indonesia kini dapat merasakan kemerdekaan yang sebentar lagi genap berusia 73 tahun. “Marilah kita mensyukuri rahmat Allah yang diberikan pada kita, yaitu rahmat kemerdekaan. Kita sering lupa mensyukuri ini bahwa kita beratus tahun dijajah, perang, kemudian atas rahmat Allah yang diberikan kepada bangsa Indonesia kita sekarang sudah merdeka kurang lebih 73 tahun,” ujarnya.
Selain mengingatkan bangsa Indonesia untuk senantiasa mensyukuri nikmat kemerdekaan, Presiden Joko Widodo juga mengingatkan bahwa segenap elemen bangsa harus meneguhkan komitmen dalam menjaga persatuan, kerukunan, dan toleransi di tengah segala perbedaan untuk kemajuan Indonesia. Dirinya mengatakan bahwa perbedaan yang ada sesungguhnya adalah pemberian Allah yang juga harus kita syukuri.
“Itu semua adalah anugerah yang diberikan Allah kepada kita yang patut kita syukuri bersama-sama,” tuturnya. Dengan lebih dari 17 ribu pulau, 714 suku, dan 1.100 bahasa daerah sudah tentu menjadikan bangsa Indonesia kaya akan keanekaragaman budaya, adat istiadat, kepercayaan, dan pandangan. Namun, hendaklah perbedaan itu tidak dimaknai sebagai alasan untuk berpecah belah karena sesungguhnya hal itulah yang menjadi kekuatan terbesar bangsa Indonesia sejak meraih kemerdekaannya.
“Apa yang harus kita tarik dari perbedaan itu? Ini akan menjadi sebuah kekuatan apabila kita bersatu. Karena aset terbesar bangsa ini adalah persatuan, kerukunan, dan persaudaraan selain kita dianugerahi oleh Allah sumber daya alam yang melimpah,” ucapnya.
Oleh karenanya, sebagai wujud rasa syukur bangsa Indonesia kepada Allah, Kepala Negara mengajak kita untuk bersama-sama menjaga kerukunan dan persaudaraan. Inilah satu aset terbesar yang harus selalu dijaga segenap rakyat Indonesia hingga kapanpun. “Aset terbesar bangsa ini adalah persatuan, kerukunan, persaudaraan. Inilah yang harus terus kita jaga,” imbuhnya.
Lebih jauh, Presiden Joko Widodo juga meminta agar semangat persaudaraan ini terus dipelihara dalam pesta demokrasi yang akan menghampiri Indonesia beberapa waktu mendatang. Perbedaan pandangan dan pilihan merupakan hal lumrah dalam sebuah negara demokrasi. Namun, jangan sampai hal itu malah menumbuhkan bibit-bibit perpecahan.
“Jangan sampai karena perbedaan pilihan kita menjadi retak dan tidak saling menyapa antarsaudara, antartetangga, dan antarkampung. Jangan sampai sesama umat muslim saling menjelekkan, mencemooh, dan saling mencela,” kata Presiden. Untuk diketahui, tradisi zikir kebangsaan bersama para ulama di Istana Kepresidenan ini dilakukan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla sejak tahun 2017 lalu.
Zikir kebangsaan ini dihadiri ratusan ulama dan ribuan santri yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Beberapa ulama yang hadir dalam zikir kebangsaan malam ini di antaranya Kiai Haji Ma’ruf Amin (Ketua MUI), Kiai Haji Mustofa Said Aqil Siradj (Ketua Majelis Hubbul Wathon), Kiai Haji Maimun Zubair (sesepuh NU), dan Kiai Haji Kafabih Mahrus Ali (dari Pesantren Lirboyo Kediri).
Sumber: Seruindonesia.com
Tidak ada komentar: