Header Ads

Header Ads
Selamat Datang di Website www.suarabamega25.com " KOMITMEN KAMI MEMBANGUN MEDIA YANG AKURAT DAN BERMANFAAT BAGI MASYARAKAT " Alamat Redaksi Jl. Berangas KM. 2.5 No. 20 RT. 05 Desa Batuah Kotabaru Kalsel, Contact Mobile : 0812-5317-1000 / 0821-5722-6114.

KH Masjkur Panglima Laskar Sabilillah


Suarabamega25.com, Tokoh penting dari Nahdlatul Ulama  yang  mendapatkan gelar pahlawan terlahir di Malang  adalah KH Masjkur, Panglima Laskar Sabilillah RI.

Di masa kecilnya, Maskjur yang saat itu masih berusia 9 tahun sudah diajak orang tuanya untuk menunaikan ibadah haji. Sepulangnya dari tanah suci, Maskjur kecil disekolahkan di Pondok Pesantren Bungkuk, yang dipimpin KH Thohir. Kemudian, Masjkur melanjutkan pendidikan di Pesantren Sono, Buduran, Sidoarjo.

Masjkur yang mulai beranjak remaja telah berkelana ke berbagai pesantren dan ulama pada masa itu. Ia pernah berguru ilmu hadist dan tafsir dari KH Hasyim Asy’ari di Tebu Ireng Jombang, serta pada Kiai Kholil di Bangkalan, Madura. Selain itu, Masjkur juga sempat belajar di Madrasah Mamba’ul Ulum, Jamsaren, Solo, Pesantren Siwalan Panci, dan Pesantren Ngamplang, Garut.

Setelah menimba ilmu di berbagai pesantren itu, KH Masjkur pulang kampung ke Singosari dan akhirnya membuka pesantren yang diberi nama Misbahul Wathan pada tahun 1923. Pada tahun yang sama pula, ia menikah dengan cucu dari gurunya di pesantren Bungkuk, KH Thohir. KH Masjkur juga turut aktif pada pendirian Nahdlatul Ulama (NU) dan diangkat sebagai ketua cabang NU Kota Malang pada tahun 1932.

Saat baru aktif di NU ini, atas saran dari KH Wahab Chasbullah, KH Masjkur mengubah nama pesantrennya menjadi Nahdlatul Wathan yang berarti kebangkitan tanah air. Pada tahun 1938, ia pun diangkat sebagai salah satu Pengurus Besar NU yang berpusat di Surabaya.

Perjuangan 

Sebagai warga negara Indonesia, KH Masjkur pun berjuang dengan menapaki karier militer. Awalnya, pada zaman Jepang ia ditunjuk menjadi utusan Karesidenan Malang untuk mengikuti latihan kemiliteran di Bogor yang kemudian disusul dengan latihan khusus bagi ulama. Kala itu, KH Masjkur didapuk sebagai Panglima Laskar Sabilillah yang merupakan kelompok pejuang dari kalangan pesantren yang turut merebut kemerdekaan.

Dengan tujuan yang sama, pada masa itu, Laskar Sabilillah berkolaborasi dengan Laskar Hizbullah. Peranan kedua laskar ini terbilang penting dalam membantu pasukan Indonesia merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Saat meletus perlawanan di Surabaya pada November 1945, KH Masjkur pun turut andil dalam memimpin pasukannya. Dalam pertempuran tersebut, ia dengan gigih berjuang dan menjadi komandan dari berbagai laskar Sabilillah yang bergabung dengannya.


 Menteri Agama

Selain sebagai panglima, KH Masjkur juga sempat menjabatan sebagai Menteri Agama. Jabatan itu empat kali diembannya secara berturut-turut pada Kabinet Amir Syarifuddin (1947), Kabinet Presidenssil Moh. Hatta (1948), Kabinet VII Negara RI, Kabinet Darurat dan Komisariat PDRI (1949), Kabinet Hatta (1949) dan Kabinet Peralihan RI.

Sempat meletakkan jabatan sebagai Menteri Agama akibat sakit yang dideritanya saat gerilya, namun di dalam kabinet Ali (1953-1955), KH Masjkur kembali menjadi Menteri Agama. Uniknya, walau menjadi menteri, KH Masjkur beberapa kali tetap ikut bergerilya bersama pejuang lain.

Selain itu, KH Maskjur juga pernah menduduki berbagai posisi penting lainnya, yaitu Ketua Dewan Presidium Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, anggota Syou Sangkai (DPRD) pada masa pendudukan Jepang, anggota PPKI dan konstituate yang merumuskan dasar negara. Pada periode 1978-1983, dirinya pun sempat menjadi Wakil Ketua DPD RI.

Pahlawan asli Arek Malang ini menghembuskan napas terakhirnya pada tahun 1992. Ia dimakamkan di kompleks pemakanan yang terletak di Masjid Bungkuk, Singosari Malang. 

Atas jasa dan perjuangan KH Masjkur ditetapkan sebagai tokoh Pahlawan Nasional 2019, berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 120/TK/Tahun 2019 yang ditandatangani pada 7 November 2019.

Pemberian gelar tersebut berpedoman pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan yang mengatur kriteria pemberian tanda kehormatan. Penganugerahan yang digelar di Istana Negara, Jakarta, pada Jumat, 8 November 2019. ( Aji S)

Tidak ada komentar: