Header Ads

Header Ads
Selamat Datang di Website www.suarabamega25.com " KOMITMEN KAMI MEMBANGUN MEDIA YANG AKURAT DAN BERMANFAAT BAGI MASYARAKAT " Alamat Redaksi Jl. Berangas KM. 2.5 No. 20 RT. 05 Desa Batuah Kotabaru Kalsel, Contact Mobile : 0812-5317-1000 / 0821-5722-6114.

Mengharap Rahmat Turun Dari Alloh


Suarabamega25.com - Pada 18 Juni 2023, Keluarga besar habib Ali bin Ahmad Al Aidid, Pulau Panggamg di Kepulauan Seribu, Jakarta Utara akan menggelar haul Habib Ali bin Ahmad bin Zen Al-Aidid yang ke 132.

Sebagai mana haul sebelumnya hari sebelum haul digelar, biasanya ratusan jemaah sudah mulai berdatangan dari berbagai penjuru. Dari Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, Bekasi, Banten, dan daerah-daerah lain. Pulau Panggang merupakan sebuah kelurahan tersendiri, masuk dalam Kecamatan Pulau Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Jakarta.Malam Minggu diadakan rauhah di komplek dengan musik gambus, Jammagpun asyik berjoged bersama diiringi musik gambus oleh para remaja.

Peringatan haul biasanya digelar pada Ahad pagi digelar di musala kompleks makam. Sejak pukul delapan, jemaah sudah memadati kompleks makam – luber sampai ke pelataran. Ketika jemaah dan para tamu kehormatan hendak memasuki kompleks makam, Habib Zen bin Hasan bin Hasyim Al-Aidid, cicit almarhum, memimpin salam ‘ibadallah, salah satu syair tawasul manakib Syekh Abdul Qadir Jailani. Dilanjutkan pembacaan zikir, tahlil, dan selawat serta Maulud Simthud Durar.

Usai berziarah, para habib dan segenap jemaah kembali ke aula makam untuk mengikuti tausiah dari para ulama serta pembacaan riwayat hidup (manakib) almarhum  oleh Habib.Zainal   Abidin Al Aidid.

Dimana, Pada abad ke-18, pertama kali Habib Ali ke Nusantara bersama empat kawannya: Habib Abdullah bin Muhsin Alatas, Kramat Empang Bogor; Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdor, Bondowoso, Surabaya; Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi, Ampel, Surabaya; dan Habib Salim Alatas, Malaysia. Habib Ali ke Batavia, sementara keempat kawannya masing-masing menyebar ke kota-kota dan negeri di atas.

 Habib Zainal Abidin dalam pembacaan Manakib menyebut beberapa karamah Habib Ali Al Aidid.

Karamah lainnya, suatu malam, usai berdakwah di Kramat Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara, ia pulang ke Pulau Panggang. Di tengah laut, perahunya diadang gerombolan perompak. Tapi, dengan tenang Habib Ali melemparkan sepotong kayu kecil ke tengah laut. Ajaib, kayu itu berubah menjadi karang, dan perahu-perahu perompak itu tersangkut di karang. Maka, berkat pertolongan Allah SWT itu, Habib Ali dan rombongan selamat sampai di rumahnya di Pulau Panggang.

Suatu hari, warga Pulau Panggang diangkut ke Batavia dengan sebuah kapal Belanda, konon untuk dieksekusi. Beberapa perahu kecil berisi penduduk ditarik dengan rantai besi ke arah kapal Belanda yang membuang sauh jauh dari pantai. Mendengar kabar itu, Habib Ali menangis, lantas berdoa, ”Ya Allah, selamatkanlah seluruh penduduk Pulau Panggang.” Doanya didengar dan dikabulkan oleh Allah SWT. Rantai besi yang digunakan untuk menarik perahu berisi penduduk itu tiba-tiba putus, sehingga Belanda urung membawa penduduk ke Batavia.

Hingga akhir hayatnya, Habib Ali mengajar dan berdakwah di Pulau Panggang. 

Suatu malam, ia mendapat isyarat bahwa sebentar lagi ia akan wafat. Ketika itu sebenarnya ia ingin pulang ke Palembang, namun urung. Dan kepada para santrinya ia menyatakan, “Saya tidak jadi ke Palembang.” Benar apa yang ia katakan: keesokan harinya, 20 Zulkaidah 1312 H/1892 M, ia wafat, dan dimakamkan di sebuah kawasan di ujung timur Pulau Panggang.

Sesungguhnya, jenazah almarhum akan dibawa ke Batavia untuk dimakamkan di sana. Namun, ketika jenazah sudah berada di atas perahu yang sudah berlayar beberapa saat, tiba-tiba tiang layar perahu patah dan perahu terbawa arus kembali ke Pulau Panggang. Hal ini terjadi berturut-turut sampai tiga kali. Akhirnya, penduduk kampung memaknani peristiwa itu sebagai kehendak sang Habib untuk dimakamkan di pulau tersebut.

Ceramah pengajian akbar diisi oleh Zen Jamalul lail. 

 Habib Zein pada kesempatan itu menyampaikan tentang pentingnya mengharap Rahmat Alloh SWT turun di majelis-majlis haul dan maulid. "Kita berharap mendapat rahmat dengan hadir di majelis haul dan maulid semacam ini," buka Habib Zein.

Selanjutnya Habib Zein Jamalul Lail mengisahkan tentang perjalananan

Rasulullah ke di langit di malam Isra’ Miraj.

"Aku melihat satu malaikat memiliki 1000 tangan, di setiap tangan ada 1000 jari. Aku melihatnya menghitung jarinya satu persatu, " kata Habib Zein mengisahkan Isra Miraj Rasulullah SAW.

Lalu, Habib Zen melanjutkan kusahnta, dimana Rasulullah SAW bertanya kepada Jibril. Siapa gerangan malaikat itu, dan apa tugasnya?

Jibril menjawab, “Sesungguhnya dia adalah malaikat yang diberi tugas untuk menghitung tetesan air hujan yang turun dari langit ke bumi”.

"Rasulullah bertanya kepada malaikat (penghitung tetesan air hujan) tadi, “apakah kamu tahu berapa jumlah tetesan air hujan yang turun dari langit ke bumi sejak diciptakan Adam?”," lanjut Habib Zein.

Malaikat itu pun menjawab, “Wahai Rasulullah, demi Yang Telah Mengutusmu dengan haq (kebenaran), Sesungguhnya aku mengetahui semua jumlah tetesan air hujan yang turun dari langit ke bumi, dari mulai diciptakan Adam sampai sekarang ini, begitu pula aku mengetahui jumlah tetes yang turun ke laut, ke darat, ke hutan rimba, ke gunung – gunung, ke lembah – lembah, ke sungai – sungai, ke perkebunan, dan ke tempat yang tidak diketahui manusia”.

Mendengar uraian malaikat tadi Rasulullah sangat takjub dan bangga atas kecerdasannya dalam menghitung tetesan air hujan. Kemudian malaikat tadi pun berkata kepada Rasulullah,

“Wahai Rasulullah, walaupun aku memiliki seribu tangan dan sejuta jari dan diberikan kepandaian dan keahlian untuk menghitung tetesan air hujan yang turun dari langit ke bumi, tapi aku memiliki kekurangan dan kelemahan.

Rasulullah pun bertanya, “apa kekurangan dan kelemahan kamu?”

Malaikat itupun menjawab, “Kekurangan dan kelemahanku, wahai Rasulullah, jika umatmu berkumpul di satu tempat, mereka menyebut – nyebut namamu lalu bershalawat atasmu, pada saat itu aku tidak bisa menghitung berapa banyaknya pahala yang diberikan Allah kepada mereka atas shalawat yang mereka ucapkan atas dirimu.

"Dengan membaca sholawat, kita berharap Rahmat Turun di majelis-majelis semacam ini ," pungkas Habib Zein.

Setelah itu ceramah dilanjutkan oleh Habib Banahsan dan Habin Abdullah Naquib Abubakar bin Salim dari Rawa Lumbu, Bekasi.

Jelang Zuhur, acara Haul pun telah berakhir dan jamaah dijamu dengan hidangan nasi kebuli. (Aji S)

Tidak ada komentar: