Header Ads

Header Ads
Selamat Datang di Website www.suarabamega25.com " KOMITMEN KAMI MEMBANGUN MEDIA YANG AKURAT DAN BERMANFAAT BAGI MASYARAKAT " Alamat Redaksi Jl. Berangas KM. 2.5 No. 20 RT. 05 Desa Batuah Kotabaru Kalsel, Contact Mobile : 0812-5317-1000 / 0821-5722-6114.

TAKDIR, PERSPEKTIF AGAMA-AGAM AFKUB Kalimantan Selatan


Suarabamega25.com, Moderator  Noorhalis Majid Dialog theologi ini dimaksudkan untuk menambah pengetahuan tentang agama-agama, sehingga bisa saling memahami satu dengan lainnya. Segala persamaan dan perbedaan, menjadi pengetahuan, untuk dapat saling memahami, dan pada akhirnya terbangun penghargaan serta penghormatan antar umat beragama.

Dialog mempersyaratkan kesetaraan, kemauan untuk mendengar dan menghargai segala pendapat yang disampaikan. Kalau pun berbeda, dan tentu sudah pasti ada yang berbeda, maka tidak untuk saling menyalahkan atau mencari-cari kesalahan, cukup tahu bahwa kita berbeda dan mari bangun persaudaraan dan penghargaan di atas perbedaan itu. 

Tema dialog hari ini adalah soal takdir. Awalnya saya mengira semua agama mengenal takdir, tapi ternyata di Katolik tidak mengenal kata itu, entah dalam istilah lain, nanti kita akan gali. Tema takdir ini sudah lama disimpan untuk menjadi bahan dialog, selain beberapa tema lainnya yang juga akan dialogkan diwaktu-waktu berikutnya. Dan kita punya 4 narasumber, para tokoh agama, dari Katolik, Kristen Protestan, Budha dan Islam.

Romo Yohanes Tjuandi (Jojo), Keuskupan Banjarmasin

Betul yang disampaikan moderator, kata takdir tidak dikenal dalam Katolik. Bahkan kata tersebut tidak ada dalam al kitab, baik perjanjian lama, maupun perjanjian baru. Tuhan tidak menetapkan atau menggariskan takdir manusia. Manusia diberikan kebebasan, apakah ingin berada di jalan Tuhan, atau di jalan lain. 

Sudah ada rencana indah dari Tuhan, hanya kemudian apakah manusia mau bekerjasama dengat rahmat Tuhan. Rencana Tuhan selalu dalam kesuksesan, tidak ada keburukan atau ketidak baikan, tapi apakah manusia mau dijalan yang sudah ditetapkan tersebut. 

Tidak ada kata takdir. Matahari itu diciptakan untuk semua, silahkan semua makhluk memanfaatkannya. Keselamatan dari Tuhan itu gratis, tidak perlu bayar, asal mau mengikuti perintah Tuhan maka pasti selamat. Kalau lari dari perintah Tuhan maka tidak akan selamat. Seperti halnya Nabi Yunus, lari dari perintah Tuhan, dia dimakan ikan. 

Bahkan, pada seorang yang lahir berkebutuhan khusus, disabilitas, ada rencana baik Tuhan. Manusia mengira karena disabilitas maka tidak mampu melakukan berbagai hal, ternyata tidak juga, ada banyak yang disabilitas mampu melakukan lebih dari apa yang dilakukan manusia lainnya. Syaratnya asal mau dan Tuhan pasti memberikan jalan atas kemauan tersebut. 

Begitu juga dengan taman eden, Adam dan Hawa. Tuhan Sudah menetapkan keselamatan, tapi Adam dan Hawa memilih jalan lain, tidak mau berada pada jalan keselamatan dan akhirnya jatuh dalam dosa sebagai manusia

Dalam lingkup yang lebih luas, termasuk di daerah ini. Segala kerusakan lingkungan yang memberi pengaruh para perubahan iklim dan melahirkan bencana alam, semua itu perbuatan manusia, tidak bisa dikatakan rencana Tuhan. Sebab rencana Tuhan semuanya baik, tapi manusia memilih jalan yang tidak baik, sehingga bencana alam terjadi. Jangan salahkan Tuhan. Salahkan pilihan manusia, sehingga bencana tidak dapat dihindari. 

Samanera Viriviro (Budha, Vihara Dhammasoka)

Takdir dalam perspektif Budha, mungkin bisa dimaknai dengan karma. Karma itu terbagi dalam dua bagian, yaitu ada yang disebut karma baik, dan ada pula disebut karma buruk. 

Dalam ajaran Budha, kelahirkan itu berulang. Kehidupan sekarang ini, buah dari kehidupan lampau. Buah dari hal baik atau buruk yang sudah dilakukan pada kehidupan sebelumnya, baik itu berupa ucapan, perbuatan atau pun pikiran. Kehidupan sekarang, juga akan memberi pengaruh pada kehidupan selanjutnya, sehingga kalau ingin baik pada kehidupan nanti, maka sekarang harus baik, harus dijaga segala perbuatan, perkataan, tindakan dan pikiran. 

Fungsi karma yang melahirkan apakah berbuah baik atau buruk. Fungsi karma yang mendukung, apakah menjadi baik atau sebaliknya. Kalau karma bisa dianggap dengan takdir, maka segala yang akan terjadi dikemudian hari, dapat berubah dengan perilaku sekarang ini. Perilaku juga dapat memotong karma baik atau buruk. 

Diceritakan dalam ajaran Budha, seseorang yang bernama Mahadana, seorang yang sangat kaya. Begitu kayanya, hingga diyakini hartanya tidak akan habis hingga sepuluh keturunan. Lalu dia berpendapat, untuk apa menyekolahkan anaknya. Sekolah hanya akan membuat anaknya susah, sulit menyelesaikan tugas dan harus belajar pula. Lebih baik bersenang-senang saja, toh tidak akan habis juga uangnnya. Ternyata, anaknya yang tidak sekolah tersebut memang pandai menghabiskan uang. Kerjanya hanya berfoya-foya. Hingga akhirnya, seluruh hartanya dalam waktu yang tidak lama habis dan jatuh miskin. Ini lah yang disebut dengan memotong karma. Kalau dia didik anaknya dengan baik, tentu tidak akan terjadi, sebab anaknya akan mampu memelihara harta yang diwariskan orang tuanya.  

Pdt DR Keloso S Ugak (Kristen, Dosen STT GKE)

Dalam kitab kejadian disebutkan, bahwa segala yang diciptakan sungguh amat baik, karena itu kalau ada yang tidak baik maka pastilah itu bukan dari Tuhan. Manusia dan segala kehidpan ini adalah gambar Allah.

Kita tidak bicara soal asal-usul dosa, atau siapa yang bertanggung jawab atas dosa? Penggoda atau yang tergoda? Ular dikiaskan sebagai penggoda, dan Adam atau manusia dikiaskan sebagai pihak yang digoda. Kalau digoda, belum masuk dalam doa, tapi bila sudah tergoda, maka disitulah datangnya dosa. Manusia mudah sekali untuk tergoda, sehingga menyebabkan ia berdosa.

Betul sebagaimana disampaikan Romo Jojo, dalam Al Kitab tidak ditemukan kata takdir, yang ada itu diterjemahkan dengan ditetapkan, menetapkan, dikehendaki, menghendaki, sehingga tidak pernah ada kata takdir.  

Pihak Tuhan merencanakan, dan rencana tersebut akan menjadi efektif bergantung pada sikap dan tindakan manusia. Kalau manusia tidak melakukan apapun, maka rencana Tuhan juga tidak akan terjadi. Rencana Tuhan yang baik itu, akan menjadi baik dengan tindakan manusia yang baik pula. Bebas bagi manusia untuk melakukan apapun.

Terkait Nubuatan, dimana Yesus mengalami kematian. Hal tersebut terjadi karena Allah yang menjadi manusia. Karena dia menjadi manusia, maka harus mengalami kematian. Setelah itu bangkit kembali. Berbeda halnya dengan Yeremia, dia menjadi Nabi karena sudah ditentukan oleh Tuhan, dan dia harus mentaati apa yang Allah kehendaki pada dirinya. 

Ilham Masykuri Hamdie, (Islam, Ketua FKUB Kalimantan Selatan)

Saya mendapat banyak pemahaman dari apa yang sudah disampaikan Romo, Samanera, dan Pendeta tadi. Walau dengan makna yang berbeda-beda, tentu ada persamaan dan perbedaannya. Dan saya kira, Islam banyak sekali berbicara soal takdir. Pertanyaan mendasar, apakah hidup ini terbatas atau bebas? 

Teodisi, atau pandangan filosofis terkait kejahatan di muka bumi ini. Kenapa kejahatan di muka bumi ada, apakah Tuhan tidak mampu menangkal terjadinya tindak kejahatan? Apakah segala yang tidak baik itu kehendak Tuhan atau perbuatan manusia? Semua ini bermula dari persepsi tentang takdir. 

Di sinilah kemudian muncul pembaharuan Islam yang digagas oleh Cak Nur, Harun Nasution, Gus Dur, Djohan Effendy. Bahwa pandangan tentang takdir lah yang menyebabkan masyarakat Islam tidak maju, sebabnya karena paham tentang takdir lebih mengarah pada jabariah, semua sudah ditentukan oleh Tuhan, sehingga manusia tidak punya kekuasaan dan kemampuan untuk mengubahnya. Pembaharuan Islam bertujuan untuk mendorong agar masyarakat Islam bisa lebih maju dalam berpikir.  

Bagaimana caranya? lalu Djohan Effendi mengembalikan takdir sesuai dengan apa yang sudah ditetapkan dalam Al Qur’an. Bahwa takdir itu seperti dua sisi mata uang, satu sisi ada rencana Tuhan dan sisi lainnya ada upaya manusia. Bagaimana menyeimbangkan di antara keduanya itu, sehingga masyarakat Islam tidak mengalami ketertinggalan, itulah yang kemudian disebut dengan pembaharuan pemikiran Islam. 

Bagaimana mendudukkan takdir, yang didalamnya ada takdir baik dan takdir buruk, dengan eksistensi manusia, bagaimana melihat keduanya secara seimbang. Bahkan dalam Islam, takdir itu bagian dari rukun iman, percaya pada qada dan qadar yaitu segala yang ditentukan Tuhan.

Takdir, sesuatu yang ditentukan oleh Tuhan. Dalam takdir terbagi dua, yaitu takwim, berhubungan dengan hukum kausalitas atau sunatullah. Alam raya ini terikat dengan hukum kausalitas, dia harus tunduk pada takdir Tuhan. Bahwa matahari harus berputar pada porosnya, dan segala gerak alam raya ini berjalan sesuai ketentuan Tuhan, itulah yang dinamakan takdir. Yang kedua, disebut dengan tasri, yaitu hukum hidayah, kalau Allah menginginkannya, maka akan terjadi.

Takdir dalam teologi Islam, terutama menyangkut kausalitas, berkembang dalam berbagai kajian. Di luar dari pada manusia, tidak ada kebebasan untuk menentukan. Semua harus sesuai dengan kehendak Tuhan. Sedangkan takdir pada manusia, membentuk apa yang disebut dengan nasib. Manusia bebas menentukan nasib. Tidak seperti alam raya tadi yang tidak diberikan kebebasan. 

Agar selaras antara yang ditentukan Tuhan dengan yang dilakukan manusia, maka manusia harus mampu bermitra dengan Tuhan dengan cara mengikuti segala petunjuk Tuhan. Bila tidak sesuai petunjuk Tuhan, maka terimalah akibatnya. Saya kira pada soal itu, ada persamaan sebagaimana yang disampaikan Romo atau Pak Pendeta tadi. Bahwa Tuhan sudah memiliki petunjuk pada jalan keselamatan, tinggal apakah manusia mau mengikutinya atau keluar dari jalan tersebut.

Dr Mirhan

Mendengar penjelasan semua narsumber tadi, nampak ada persamaan dan ada pula perbedaan, tentu itu bukan masalah, mari kita saling hormat menghormati, dan hidup dalam damai. 

Segala hal dalam hidup ini, ada yang bersifat mualak, yaitu yang bisa berubah, dan ada yang bersifat mubram, tidak bisa diubah. Seperti halnya paham jabariah, sudah ditentukan dan qadariah, sesuatu yang harus diusahakan.

Muhammad Effendy

Tuhan memberikan panduan agar tidak salah. Dan setelah ada panduan, manusia diberikan kebebasan mengikuti atau tidak mengikuti panduan tersebut. Semuanya ada konsekuensinya. Seandainya tidak ada panduan, maka mungkin saja pendapat jabariah benar. Sebab sudah ada paduan maka paham qadariahlah yang semestinya berlaku. Kebebasan diberikan seluas-luasnya pada manusia.  Saya setuju, kecendrungan manusia salah dalam menafsirkan takdir dan ini yang harus diluruskan agar berpikir lebih maju.

Bayani Dahlah

Menurut filsafat, soal takdir itu terbagi dalam dua pendapat, pendapat pertama disebut teosentris, yaitu segala sesuatu di alam dan kehidupan ini berpusat pada Tuhan. Ada pula berpedapat antroposentris, yaitu segala sesuatunya berpusat pada manusia. Orang Barat cendrung berpendapat antroposentris, sehingga masyarakatnya lebih maju. Sedangkan kita dan masyarakast timur pada umumnya, berpikir teosentris, menyebabkan berpikirnya lebih lambat dan tertinggal.

Hj Ratna Rosana

Menurut saya, takdir itu dapat berubah dengan doa. Akan tetapi, takdir yang kita anggap buruk, belum tentu dimata Tuhan buruk. Pun takdir yang kita anggap baik, belum tentu dimata Tuhan baik. Semua ini adalah rahasia yang sulit dipahami.

TANGGAPAN NARASUMBER

Romo Yohanes Tjuandi (Jojo), Keuskupan Banjarmasin

Pada dasarnya, manusialah yang membentuk nasibnya, setelah Tuhan memberikan panduan-panduan, maka dibebaskan kepadanya untuk mematuhi atau melanggarnya. Semua itu akan menentukan perjalanan nasibnya. Berdarkan filsafat moral, semua dikembalikan pada masing-masing orang – back to person. 

Pdt DR Keloso S Ugak (Kristen, Dosen STT GKE)

Istilah takdir memang tidak dikenal, namun berdasarkan penjelasan yang sudah disampaikan tadi, sepertinya kurang lebih sama saja. Yesus hadir sebagai satu karya penyelamatan manusia. Dia hadir untuk menyelamatkan umat manusia agar tidak jatuh dalam dosa. Ada konsep tentang anugerah, yaitu orang yang memiliki tanda-tanda diselamatkan. 

Samanera Viriviro (Budha, Vihara Dhammasoka)

Konsep kita memang berbeda. Bahkan konsep Tuhan pun kita berbeda. Karena Budha menggunakan bahasa vali, maka Budha mengenal Nibbana, yaitu satu pencapaian (Dhamma) yang berada dalam jangkauan semua orang. Nibbana merupakan suatu keadaan di atas keduniawian (lokuttara) yang dapat dicapai dalam kehidupan sekarang ini juga. Nibana itu itu tak terkatakan, tak berbentuk dan bersifat. 

Ilham Masykuri Hamdie, (Islam, Ketua FKUB Kalimantan Selatan)

Saya kembali ingin menegaskan, bahwa takdir dalam islam, terkait soal perkembangan pemikiran masyarakat. Dan pembaharuan Islam, dimaksudkan untuk melakukan perubahan pemikiran tersebut. Sehingga tidak lagi terbagi dalam dua kutub, jabariah dan qadariah. Harus kembali pada Qur’an, bahwa Tuhan menyerahkan sepenuhnya pada manusia untuk melakukan apa saja sesuai petunjuknya. Akan tetapi, menyangkut alam raya, harus tunduk pada takdirnya. Kalau keluar dari takdir Tuhan maka kehidupan akan hancur. 

Winardi Sethiono

Semua agama mengajarkan kebaikan dan manusia bebas melakukan apa saja, hanya saja dia harus tunduk pada aturan-aturan yang ditetapkan Tuhan sesuai agamanya masing-masing. Kalau tidak patuh pada aturan, mungkin kita akan kembali pada zaman batu. Aturan-aturan tersebut berupa kitab suci yang ada pada setiap agama dan harus dipatuhi oleh umatnya. 


Tidak ada komentar: