Demokrasi Tanpa Demos, Jadi Apa?Oleh: Noorhalis Majid
Suarabamega25.com, Demokrasi dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos berarti kekuasaan, kemudian disimpulkan kedaulatan kekuasaan di tangan rakyat. Abraham Lincoln mendefinisikan dengan kalimat yang sangat popular, demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.
Rakyat yang bagaimana dimaksud Abraham Lincoln? yaitu rakyat yang berdaulat. Agar berdaulat, mesti diwujudkan dalam bentuk pendidikan politik, yang mengajarkan kesadaran akan hak dan kewajibannya sebagai rakyat. Bila sebagai individu tidak mampu mewujudkan kedaulatan, dia akan berhimpun dalam asosisiasi kewargaan, yang disebut dengan masyarakat sipil.
Kedaulatan rakyat, juga tercermin dari program kerja dan kebijakan pemerintah. Kalau seluruhnya mencerminkan kehendak dan aspirasi rakyat, berarti ia berdaulat. Namun, bila bertentangan dengan kehendak rakyat, waspadai, isyarat ada yang lain yang lebih berdaulat.
Pertanyaan menggelitik yang dapat menjadi bahan diskusi, bagaimana kalau demokrasi tanpa rakyat? Artinya rakyat dikangkangi, tidak pernah dianggap, ditinggalkan, atau sekedar dimanfaatkan guna mendapatkan kekuasaan? Pasti hanya tinggal kratos atau kekuasaan.
Ketika yang tertinggal hanya kekuasaan, jangan berharap dipergilirkan, mungkin tidak perlu lagi ada Pemilu. Kalau pun ada Pemilu, terselenggara dengan cara yang sangat manipulatif, hasilnya sudah bisa diatur sebelum Pemilu itu sediri dilaksanakan.
Dan, kalau tidak ada lagi rakyat yang berdaulat, pasti tidak ada kontrol sosial. Praktik korupsi, kolusi dan nepotisme berlangsung sejadi-jadinya. Mungkin itulah wajah otoritarian yang sempurna.
Dengan demikian, tidak ada artinya demokrasi tanpa demos atau rakyat. Jangan coba-coba memanipulasi, apalagi meninggalkan rakyat dalam perebutan kekuasaan.
Kalau kekuasaan hanya dipergilirkan di antara segelintir elit dominan, dan rakyat hanya jadi stemple, maka itu bukan demokrasi, entah apa namanya dan menjadi apa?.
Tidak ada komentar: