Tantangan UMKM Indonesia Untuk Menembus Ekspor
Suarabamega25.com - Tantangan ekspor produk Indonesia saat ini khususnya bagi UKM adalah kurasi, quality control, dan pembiayaan. Tidak mudah untuk mengkurasi dan menseleksi produk-produk yang dibutuhkan oleh pasar global ini karena mereka memiliki standar dan preferensi masing-masing. Sehingga dibutuhkan fokus untuk menangkap peluang yang ada.
Gerakan dari Lokal to Global sebenarnya sudah sangat lama bergaung, think globaly act localy.(berfikir global , bertindak lokal).
Kearifan lokal bangsa Indonesia sesungguhnya adalah modal besar (sosial) untuk bersana menyembuhkan badai global (pandemi, resesi, iklim, ekonomi sampai konflik antar bangsa ) yang mau tidak mau membuat pelaku ekonomi bangsa untuk adaptif.imun.siapbrsaing dan menembus pasar global.
Suatu akselerator khusus UKM yang berorientasi ekspor atau yang memiliki produk berdaya saing global, telah melakukan riset industri dan bertemu dengan berbagai pelaku pasar untuk mengidentifikasi sembilan produk unggulan yang perlu dijadikan prioritas ekspor.
Adalah keniscayaan sejarah ketika rotasi (pergiliran) dari re-thibgking, re-enginering , empoering justru harus mencermati dari hulu ke hilir.
Potensi kekayaan alam Indonesia yang sungguh berlimpah ruah, harus diolah semaksimal mungkin menjadi produk olahan bermutu tinggi, dengan standar kualitas yang bisa diterima pasar global.
Fokus kerja pemberdayaan dari nilai tambah industri kecil (umkm) dan kreatif asa tiga lokasi utama yakni bidang makanan dan minuman, fashion (tekstil) serta kerajinan tangan (kreatif) dimana ada capaian 75% penompang UMKM yang hari hari kemarin nilai transaksi yang bisa mencapai 5885 T (pertahun).
Tentu ini adalah tulang punggung ekonomi kita.Sebenarnya fokus pengembangan produk lokal berdasar (kluster) daerah lokal setempat agar bisa menghemat biaya. Bahkan dalam 20 tahun menuju Indonesia Emas (Se Abad Indonesia /1945-2045).
Berbekal riset industri yang telah dilakukan, UMKM untuk memberikan layanan channeling pembiayaan, akses pasar, serta agregasi produk-produk dari dan untuk mitra UKM.
Kuncinya adalah membangun ekosistem dengan pihak-pihak yang tepat. Layanan pembiayaan tentu harus bekerjasama dengan lembaga jasa keuangan yang kredibel.
Lalu produknya pun perlu dikurasi bersama-sama dengan para pengusaha yang sudah terbukti berkomitmen terhadap kualitas, dan bukan hanya sekadar mencari keuntungan cepat. Dan yang terakhir, menemukan akses pasar yang tepat untuk memahami preferensi dari pihak-pihak pembeli global. Dimana kebutuhan pangsa pasar global, Asia, Australia dan Amerika tentu berbeda.
Preferensi Uni Eropa terhadap produk-produk ramah sehat dan lingkungan, menjadi peluang bagi UKM Indonesia untuk mengekspor produk alternatif dari kelapa sawit, dan produk gula alternatif seperti gula aren.
Di sisi lain, preferensi negara seperti Tiongkok akan berbeda, dan memiliki pertimbangannya sendiri.
Menurut Transpolitan Tetrapreneur merupakan pengembangan inovatif Transpolitan berbasis Model Global Gotong Royong (G2R) Tetrapreneur yang merupakan inovasi kerja sama kewirausahaan berkelanjutan (hulu ke hilir) untuk menciptakan kemandirian dan otonomi di Wilayah Transpolitan (desa – transmigrasi modern terintegrasi) menuju gerakan ikonik global melalui pemberdayaan masyarakat.
Transpolitan pula merupakan inovasi bulak sumur bersama Prof. Dr. Suratman dari Fakultas Geografi UGM berserta jajaran lintas kepakaran yang bersinergi dengan inovasi ikonnya ekonomi asli Indonesia yang bergotong royong dalam Transpolitan Tetrapreneur.
"Istilah “gotong royong” menjadi arus utama futuristik sebagai karakter lokal khas wilayah Indonesia dan merupakan kekuatan bagaimana semangat kewirausahaan tumbuh
Produk ikonik yang berbasis 4 pilar yaitu rantai wirausaha, pasar wirausaha , kualitas wirausaha dan merk wirausaha.
Hakikinya wirausaha adalah keyakinan melakukan pembaharuan melalui kreatifitas dan inovasi karyanya.”
“Keyakinan tersebut bukannya tercipta pada satu pihak si pencipta saja namun juga memerlukan kesuburan infrastruktur yang tersistematis dan terbudayakan pada semua lini dan aspek berbangsa dan bernegara,” kata Rika Fatimah P.L, Dosen Ekonomi UGM, Yogyakarta.
Dia menyatakan, saat ini sejak sekolah dasar telah diperkenalkan dengan semulasi jual beli, belum dalam bentuk wirausaha. Namun demikian masih hanya terbatas pada kegiatan jual beli dan menyentuh filosofi mendasar dari proses bisnis dalam kewirausahaan.
Selain itu, wirausaha harus merespon peluang yang ada yaitu peluang yang dijadikan produk tersedia di masyarakat sehingga menjadi sebuah keuntungan.
G2R Tetrapreneur bergerak besar bersama-sama melalui empat pilar inovasi kewirausahaan, yaitu Tetra 1 – Chainpreneur, Tetra 2 – Marketpreneur; Tetra 3 – Qualitypreneur, dan Tetra 4 – Brandpreneur (Tetrapreneur, Rika Fatimah,2016).
"Pada Transpolitan Tetraprenereur, model G2R Tetrapreneur berfungsi reflektif sebagai alat penilaian (assessment tool) untuk tiga (3) pemerhatian kewirausahaan di wilayah inisiasi Transmigrasi Transpolitan yaitu penilaian per Tetra pada Kopi Rano, penilaian per Tetra pada Holticulture Watermelon, dan proyeksi konseptualisasi per Tetra pada Trans Science Technopark (TSTP).
Transpolitan Tetrapreneur bukan sekadar memindahkan transmigran dari satu lokasi ke lokasi baru lainnya namun merupakan kegiatan ikon intelektual pembangunan perekonomian masyarakat dengan mendorong kreativitas masyarakat untuk mengembangkan potensi yang ada di wilayah Transpolitan,^ jelas Rika.
Pertumbuhan bukan untuk bersaing, namun bergerak besar dan bersama-sama terpimpin secara mandiri (leaderless).
Transpolitan Tetrapreneur bergerak untuk saling menguntungkan melalui peran terbaik semua pihak untuk kemakmuran di wilayah baru transmigrasi terinegrasi yang modern dan berteknologi namun sarat dengan penguatan intelektual masyarakatnya.
Memperkuat UMKM Lokal , sebenarnya sudah bergerak masing-masing UMKM yang di Indonesia, setiap daerah pasti punya produk UMKM tersendiri. Karena produk UMKM adalah hasil kreatifitas dari masing-masing pelaku usaha.
Dengan berusaha, agar bisa jadi juragan (Bos). Hambatan UMKM yang selama ini kerap muncul yakni masalah permodalan, pemasaran serta pendataan (input) data UMKM nantinya akan memudahkan dalam pengembangan usaha UMKM yang ada di Purbalingga tidak sekedar entrepreneur tapi bisa meningkat menjadi pengusaha-pengusaha UMKM yang unggul dan berdaya saing.( Aji)
Tidak ada komentar: