Kirab Santri Telah Sampai di Rembang
Suarabamega25.com, Rembang - Setelah kemarin, Jumat sampai di Ponpes Buntet Cirebon , Jawa Barat rombongan diterima jajaran pengasuh ponpes Buntet Pesantren , Mertapada Cirebon dan berziarah kekomplek makam KH Abass bin Muqoyim Buntet, Panglima Santri Serangan Umum 10 Nopember 1945.
Rombongan terus bergerak ke timur ke Parakan Temanggung,Ziarah ke Kiai Subkhi , Pesantren Parak Bambu Runcing.
Sabtu siang bada dzuhur, rombongan lalu mampir ke Rembang, Jawa Tengah. Di kota Rembang ada dua tokoh terkemuka yang diziarahi yakni Kiai Cholil Harun dan KH Musthofa Bisri.
Kiai Cholil Harun Tahun ini tepat 87 tahun wafatnya (2 Robiuttsani 1358 H - 2 Robiuttsani 1445 H), KH. Kholil Harun, Kasingan, Rembang, Jawa Tengah yang dikenal dengan "Imam Sibawaih" nya Indonesia. Keahliannya dibidang ilmu alat (nahwu shorof) dan kewajiban para santrinya untuk menghafal Kitab Alfiah Ibnu Malik menjadi kekhasannya pondok pesantren beliau.
Imam Sibawaih dikisahkan para ulama, berani menanyakan balik teori Malaikat Munkar Nakir dalam menggunakan tata bahasa arab yang baik dan benar. Sehingga, atas protes ini, kedua malaikat tersebut menghadap kepada Allah SWT mempersoalkan hambanya yang menanyakan tata bahasanya dalam meng-interview di alam kubur.
"OH, beliau itu Imam Sibawaih, hambaku yang memilik keahlian dalam bidang tata bahasa arab yang baik dan benar," diplomasi Allah SWT menyikapi malaikat yang dikisahkan kebingungan menjawab pertanyaan Imam Sibawaih, begitu para ulama mengisahkan.
DICERITAKAN, KH. Kholil Harun salah satu murid dari KH. Kholil bin Abdul Latif, Bangkalan dan KH. Dimyati Tremas, Pacitan. Selanjutnya, KH. Kholil Harun memiliki banyak murid yang tersebar di beberapa daerah, di antaranya KH. Bisri Musthofa (Ayah dari KH. Cholil Bisri, KH Musthofa Bisri), KH. Aqil Siradj (Ayah dari KH. Said Aqil Siradj, KH. Musthofa Aqil Siradj).
DIRIWAYATKAN pula, KH. Kholil Harun memiliki murid KH. Sukron bin H. Mufti (Brebes) dan beberapa kyai lainnya, salah satunya yang menjadi pengasuh di Pondok Pesantren (Ponpes) Ma'haduttholabah, Babakan, Lebaksiu, Tegal. Mereka berteman, hingga menjalin keakraban.
KYAI Sukron kemudian menularkan ilmunya ke putra KH. Abdul Halim (Kyai Halim) yang kelak berguru di teman ayahnya yang memiliki pondok tersebut. Dalam perjalanan belajar, kemampuan Kyai Halim di atas rata-rata santri lainnya, terutama di bidang ilmu alat.
Saking pintarnya, dikisahkan beliau sering menggantikan ulama sepuh untuk mengajar santri senior (Madrasah Diniyah Ulya). Kerap kali, juga menjadi perwakilan santri untuk urusan Bahtsul Masail Dinniyah di beberapa daerah.
KYAI Kholil Harun, Kyai Sukron, dan Kyai Halim, ketiganya sudah meninggal dunia dengan menyisakan riwayat kebaikan dalam bidang ilmu agama, terutama ilmu alat. Barokah guru dari orangtuanya, menjadikan anak menjadi ulama yang patut diperhitungkan.
Saat di Ponpes Raudholut Tholibin Rembang ditemui Gus Wahyu yang memberikan ijazah dan pesan santri dalam memaknai hari santri.”Jihad santri adalah dengan belajar.Membantu orang tua, berhidmah dengan guru.Teruslah belajar dalam mencari ilmu.Tugas santri adalah belajar,” kata Gus Wahyu sembari mengingatkan santri agar tidak terjebak dengan situasi politik, biarlah wilayah politik itu urusan para politisi.
Rombongan rencana Sabtu sore ini sampai di Tuban dan esok, Ahad (22/10) sampai di Surabaya.(Aji S)
Tidak ada komentar: