Politik,"Jangan Tajanaki Nang Habang Hijaunya Haja,"Oleh: Noorhalis Majid

Suarabamega25.con, Mudah tertipu, terkecoh penampilan luar. Penampilan fisik yang glamor, mempesona, seolah sangat meyakinkan, padahal isinya biasa saja, bahkan kosong, itulah yang dimaksud tajanaki nang habang hijaunya haja.

Terfokus pada merah hijaunya saja, begitu arti harfiahnya. Hanya melihat yang nampak menyilaukan mata. Warna yang menyilaukan tersebut merah, kuning, hijau. Warna luar, bungkus melindungi isi. Warna aslinya tidak terlihat.

Seringkali, bungkus lebih mempesona dari isi. Banyak yang mengutamakan bungkus dan mengabaikan isi. Bahkan satu produk barang, harganya tidak ditentukan isi, tapi oleh bungkus. 

Bungkus pada diri manusia adalah penampilan, gaya. Bentuk yang glamor, bagian dari bungkus yang sering memanipulasi isi. Dengan glamor, nampak mempesona, memikat hati, menimbulkan decak kagum. Apalagi bila fokus pandangan hanya pada yang nampak di permukaan saja, pasti mudah tertipu – terpesona yang palsu.  

Penampilan permukaan pada manusia, bukan hanya berupa baju, hiasan. Juga pembawaan, komunikasi, gaya yang ditampilkan. Ada orang dengan pembawaan, gaya dan komunikasi memukau. Kata-kata yang disusun, mampu membuat orang terpesona. Padahal isinya tidak sebagus cerita disampaikan. Lebih banyak bumbu, micin. Terkesan sedap, padahal tidak.

Ungkapan ini memberikan nasehat agar tidak hanya fokus pada yang nampak gemerlap saja. Apalagi yang gemerlap itu hanya setipis pakaian atau sepoles penampilan, pasti mudah tertipu. Selami dan gali isi dalamnya. Dengan demikian, akan diketahui, ditemukan kondisi sebenarnya. 

Ketika zaman yang penuh tipu daya semakin menggila. Segala hal yang ada, mengutamakan kulit luar dari pada isi. Ketika bungkus, kemasan, penampilan, aksesoris lebih dibanggakan dari substansi, maka kebohongan sedang diperjualbelikan. 

Kalau cara pandang politik suka pada permukaan saja, tidak mampu menyelami lebih dalam, maka mudah tertipu, karenanya jangan tajanaki nang habang hijaunya haja.