Header Ads

Header Ads
Selamat Datang di Website www.suarabamega25.com " KOMITMEN KAMI MEMBANGUN MEDIA YANG AKURAT DAN BERMANFAAT BAGI MASYARAKAT " Alamat Redaksi Jl. Berangas KM. 2.5 No. 20 RT. 05 Desa Batuah Kotabaru Kalsel, Contact Mobile : 0812-5317-1000 / 0821-5722-6114.

Melangkahi Tahun 2024, Resesi Global dan Harapan Baru


Suarabamega25.com - Krisis global dan berbagai konflik dunia serta pernak pernik dampak iklim global ditambah menguatnya mata uang dolar AS ,  kondisi ini akan berlangsung dalam jangka waktu yang panjang.

Harapan pada sepanjang pemilu, serta pemerintahan pascahasil pemilihan presiden 2024 adalah bentangan permasalahan ekonomi serius.

Bagaimana tidak serius, beban defisit dan hutang bejibun ini akan  menimbulkan potensi krisis keuangan.

Sittuasi ekonomi saat ini tidak dalam kondisi yang baik. Sebab, ancaman krisis masih ada, terutama yang diperkirakan akan berlanjut hingga pertengahan 2024.

Saat ini, masuknya modal asing telah menurun, cadangan devisa (cadev) terus menyusut akibat langkah moneter untuk menahan pelemahan rupiah, dan kemampuan fiskal pemerintah dianggap kurang memadai.

Ditambah krisis pangan dan energi masih terus melanda dunia dan nilai tukar rupiah semakin melemah, maka kemungkinan tidak ada pilihan selain mengambil utang, terlepas dari siapa pun presidennya. Berharap investor modal asing membiayai pembangunan juga kurang menggembirakan karena investor banyak hengkang dari bursa saham. 

Transaksi finansial seperti investasi langsung, portofolio, dan investasi lainnya selama bertahun-tahun terakhir terutama sejak munculnya Pandemi pada 2022. Transaksi finansial mulai defisit untuk pertama kalinya sejak 2009, dengan jumlah mencapai USD8,33 miliar, menjadi rekor defisit terbesar dalam dua dekade terakhir.

Pada kuartal II-2023, investasi portofolio yang keluar Indonesia terus berlanjut, mencapai USD8,47 miliar. Investasi lainnya selama semester I-2023 juga defisit sebesar USD9,02 miliar, melanjutkan tren defisit pada 2022 yang mencapai USD14,72 miliar.

Merujuk pada perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah Bank Indonesia, tercatat aliran modal asing pada minggu ke-IV Oktober 2023, berdasarkan data transaksi 23-26 Oktober 2023, investor asing di pasar keuangan domestik tercatat beli neto Rp1,04 triliun terdiri dari beli neto Rp2,18 triliun di pasar SBN, jual neto Rp2,57 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp1,44 triliun di SRBI.

Selama 2023, berdasarkan data setelmen sampai dengna 26 Oktober 2023, asing membeli neto Rp47,14 triliun di pasar SBN, jual neto Rp11,11 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp11,80 triliun di SRBI.

Angka cadangan devisa sudah mulai kritis

Menurut laporan BI, cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2023 mencapai USD134,9 miliar, setara dengan Rp2.117,93 triliun.

Angka ini turun dibandingkan dengan cadangan devisa pada akhir Agustus 2023 yang mencapai USD137,1 miliar, setara dengan Rp 2.152,47 triliun.

Cadev Indonesia pada September 2023 hanya mencapai USD128 miliar, dan merupakan posisi terendah dalam tujuh tahun terakhir. Sebab, pada Agustus 2021, IMF memberikan Special Drawing Rights (SDR) sebesar USD4,46 miliar SDR, setara dengan USD6,5 miliar.

Pemberian SDR oleh IMF ini, tidak terkait dengan kinerja transaksi internasional yang biasa, tetapi secara akuntansi dicatat sebagai utang BI kepada IMF dan masuk dalam statistik Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia.

Pekemahan  nilai tukar rupiah yang mendekati Rp16 ribu per USD, merupakan hal yang terjadi bersamaan dengan pelemahan mata uang di negara-negara lain.

Namun, pelemahan rupiah bisa berdampak pada kelompok masyarakat bawah terkait dengan penurunan daya beli, akan produk-produk berbahan baku impor yang naik harganya.

Risikonya, apabila harga-harga naik, bisa merambat pada inflasi volatile food, meski masih terkendali yakni 3-5%.

Tentu gambaran ekonomi global yang sedang tidak baik baik saja perlu dilewati jalan terjal ekonomi bangsa kita dengan berbagai langkah yang mestinya berpihak dengan hajat hidup orang banyak.

Ketika bicara krisis pangan, energi, bahkan keuangan kenapa upaya untuk kembali  menswasembadakan pangan, kedaulatan energi bahkan berdaulat secara ekonomi (daulat rakyat) mestinya menjadi upaya ekstra kerja keras, merubah tantangan bangsa ini dengan harapan baru untuk menatap masa depan.

Kita tidak perlu bermimpi lagi untuk menghadapi masa berat yang tampak di hari-hari sekarang.

Bangkit dari keterpurukan untuk memulai kembali memenuhi hajat hidup orang  banyak (hampir 280 juta penduduk Indonesia).

Tren migrasi penduduk global adalah perpindahan penduduk dari daerah miskin pangan , energi dan keuangan ke daerah baru yang energi pangannya melimpah, tanahnya subur, sumber air, tanah, udara  bersih dan sehat tersedia, ekologi, lingkungan pembangunan kawasan dll.Soal membangun kawasan baru itu dengan konsep pembangunan berkelanjutan masih menjadi 17 tema tren global baik di lembaga keuangan global (IMF, Word Bank dll) saat ini.

Tentu PR besar bergelanyut akan perjalanan bangsa ini paska pemilu. Upaya besar untuk merawat , memperbaiki, membangun kembali sekaligus siap bersaing di kancah global (go internsional) membuat rehat sebentar saat masa pemilu dan paska pemilu dilalui dengan damai dan sewajarnya saja.

Di kalangan terbawah dan masyarakat miskin pinggiran masih ada sekitar 16% penduduk yang tersebar di 16.000-21.000 desa ini perlu penanganan khusus dari efek bonus demografi untuk dikelola.Dimana bukan saja soal kesehatan, pendidikan , tenaga kerja saja yang menjadi biang dari kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan(3K) yang mengancam setiap waktu.

Penyiapan mengelola SDM berkualitas menjadi penting agar produk SDM unggul ini nantinya membuka dan menciptakan lapangan kerja baru, menumbuhkan jiwa entrerpreneurship (jiwa pedagang) sehingga kalangan menengah ke bawah yang jumlahnya hampir 60% itu tetap menjadi tulang punggung ekonomi kerakyatan ?UMKM) yang tangguh. Ini perlu uluran semua pihak (pendampingan, bantuan permodalan,  penguatan manajerial dan branding produk) untuk menyambung kesinambungan dan keberlangsungan ekonomi sekaligus siap bersaing di tengah ketidakpastian global. ( Aji S)

Tidak ada komentar: