Header Ads

Header Ads
Selamat Datang di Website www.suarabamega25.com " KOMITMEN KAMI MEMBANGUN MEDIA YANG AKURAT DAN BERMANFAAT BAGI MASYARAKAT " Alamat Redaksi Jl. Berangas KM. 2.5 No. 20 RT. 05 Desa Batuah Kotabaru Kalsel, Contact Mobile : 0812-5317-1000 / 0821-5722-6114.

Pilkada Mencari Calon Alternatif Oleh: Noorhalis Majid


Suarabamega25.com - Perlukah calon alternatif untuk Pilkada, Atau cukup mengikuti arus besar dari apa yang ditawarkan partai-partai pemenang Pemilu? 

Jawabnya tentu saja perlu, sebab bila tidak, maka calon yang tersaji, hanya dari apa yang sudah ditawarkan partai politik dengan berbagai kepentingannya. Termasuk kepentingan strategi koalisi.

Calon alternatif, lahir dari cara berpikir alternatif atau anti maistream. Mustahil lahir dari berpikir mainstream. 

Caranya dengan mengembalikan hakekat demokrasi, yaitu dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Bukan dari partai oleh partai dan untuk partai. Atau dari elit oleh elit dan untuk kalangan elit. Apalagi dari oligarki oleh oligarki dan untuk oligarki. Kecendrungan yang ketiga ini akan menguat, bila semua orang berpikir, Pilkada hanya mungkin dimenangkan oleh yang berduit.

Berpikir alternatif, caranya dengan melihat pada kebutuhan rakyat. Problem terbesar rakyat adalah soal “distribusi kesejahtraan” yang tidak adil. 

Mestinya, sesuai janji konstitusi, “bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, dipergunakan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”. Namun yang terjadi, hanya untuk kemakmuran elit dan segelintir oligarki. Dan bila partai politik juga menjadi bagian dari elit dan oligarki, pada hakekatnya sudah berbelok, bahkan berkhianat dari kepentingan rakyat.

Siapa yang bisa dan mampu mendistribusikan kesejahtraan secara adil, itulah yang layak disebut calon alternatif. Karena dialah yang paham hakekat demokrasi, yaitu mewujudkan kesejahtraan bersama dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.  

Bila partai politik ingin menjadi alternatif, maka hal itu pula yang dipikirkannya, mencari calon yang mampu dan dipercaya sanggup mendistribusikan kesejahtraan secara adil.

Kalau partai politik tidak sanggup, sebab sudah tersandera elit dan oligarki, tidak ada pilihan kecuali rakyat berjuang menentukan calonnya sendiri sebagai alternatif. Hanya dengan demikian, kesejahtraan bersama bisa diwujudkan. (nm)

Tidak ada komentar: