Habib Jakfar bin Syaikhon Assegaf Pasuruan Haul ke 71
Suarabamega25.com - Kota Pasuruan memang penuh dengan Wali Alloh, dari Habib Jakfar bin Syaikhon, Habib Hasan Baharun (Raci), Habib Muhdor (Dai humoris), KH Nawawi Abdul Jalil (Sidogiri), KH Subadar (Besuk, Kejayan) , Nyai Syarifah Dewi Khotodjah dll. Mbah Hamid, Mbah Slagah, dll. Jejak perjuangan dari Untung Suropati menyimpan khazanah sejarah yang tak akan habis digali dalam rentang waktu singkat.
Di bulan Desember 2024 akan digelar Haul ke 71, Habib Jakfar bin Syaikhon Assegaf (Kakek dari Habib Taufiq bin Abdul Kadir Assegaf, Ketua DPP Rabithah Alawiyyah). Haul ke 71 Habib Jakfar digelar (14-15/12) dengan Rauhah serta Khotmil Quran pada hari Sabtu (14/12) sedangkan Maulid Subuh dan Puncak Haul digelar Ahad (15/12).
Allah SWT memberikan keistimewaan kepada Habib Jakfar sejak kecil. Di usia belia ia sudah menghatamkan Al-Qur’an, wajarlah setelah dewasa orang menyebutnya Al-Quran berjalan.
Allah SWT memberikan keistimewaan kepada Habib Jakfar sejak kecil. Di usia belia ia sudah menghatamkan Al-Qur’an. Betapa kecerdasan dan dan otak briliannya jauh lebih menonjol dibanding teman-teman sebayanya.
Sekitar bulan Zulhijjah 1298 Habib Jakfar bin Syaikhon lahir di desa Ghurfah. Ia adalah anak dari seorang waliyullah di jamannya yakni Habib Syaikhon bin Ali bin Hasyim Assegaf dan Ruqayyah binti Muhammad Manqusy.
Usai belajar ilmu al-Qur’an dengan ayahnya dan ulama-ulama besar Hadramaut, kemudian ia merantau ke Haramain untuk belajar berbagai ilmu agama dengan para ulama besar seperti Habib Idrus bin Umar Al-Habsyi, Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi (sohibul Maulid Simthud Duror), Habib Ahmad bin Hasan Al-Atthas, Habib Husein bin Muhammad Al-Habsyi (mufti Haramain), Habib Muhammad bin Salim As-Sary, dan Habib Muhammad bin Ahmad Ak-Mukhdor.
Tahun 1319 H Haib Jakfar berkunjung ke Indonesia dan hidup berpindah-pindah dari satu kota ke kota lainnnya selama satu tahun lamanya. Selepas itu Habib Jakfar kembali Mekkah Al Mukaramah untuk bermukim dan sekaligus berlajar Habib Husein bin Muhammad Al Habsyi (Mufti Haramain) dan Habib Muhammad bin Salim As-Sary hampir selama 8 tahun. Melihat kecerdasan Habib Jakfar, kedua gurunya itu menyuruhnya untuk menghafal Al-Qur’an.
Ketika merasa ilmunya cukup, Habib Jakfar pulang ke kampung halamanya yaitu Ghufrah (Hadramaut). Beliau menjadi imam dan khatib di masjid jami selama 8 tahun.Kemudian hijrah ke kota Tarim dan mengajar di sana selama 2 tahun. Di Tarim itulah, Habib Jakfar berhasil membina banyak ulama di sana.
Tepat berumur 40 tahun, tepatnya tahun 1338 H, Habib Jakfar hijrah ke Indonesia dan tinggal di Surabaya. Sebagaimana kunjungan pertama, Habib Jakfar sering berpindah tempat dari satu kota ke kota lainnya dan kota Bondowoso merupakan kota yang paling sering ia singgahi karena di kota itu tinggal salah seorang gurunya yakni Habib Muhammad bin Ahmad Al-Mukhdor.
Pasuruan
Rupanya Allah SWT memilih pasuruan menjadi tempat tinggal dan persinggahan terakhir agar penduduknya mendapat berkah hingga beliau wafat. Di kota Santri ini,Habib Jakfar mendirikan majlis dzikir dan hizib. Majlis ini berlanjut hingga sekarang dan diteruskan tanpa mengalami banyak perubahan oleh salah seorang cucu beliau yakni Habib Taufik bin Abdulqadir bin Jakfar Asseggaf. Bahkan, hampir seluruh masjid dan mushola di Pasuruan mengamalkan wirid tuntunannya.
Al Habib selalu memberikan bimbingan dan nasehat kepada masyarakat dengan sabar. Sehingga masyarakat kota kecil di jaur pantura jawa timur ini menjadikan beliau tempat rujukan untuk segala urusan. Beliau juga kerap menjadi juru damai antara pihak-pihak yang bertikai. Karena itu tak berlebihan jika masyarakat dari semua kalangan baik masyarakat awam, ulama bahkan auliya’, baik yang dikenal maupun tidak mencintai dan memuji Habib Jakfar.
Itu disebabkan, generasi penerus pasca beliau di kota pasuruan adalah santri-santrinya yang telah menjadi ulama-ulama besar. Diantaranya Kyai Mas Imam bin Thohir dan al arif billah KH Abdul Hamid. Kayai Abadul Hamid dikenal sebagai kyai paling tawadhu’ dan sangat ta’dzim terhadap Habib Jakfar. Bahkan, ketika ziarah ke makam Habib Jakfar, KH Abdul Hamid tidak berani duduk lurus pada posisi di kepala, beliau selalu duduk lurus dengan posisi kaki habib Jakfar.
Gurunya sendiri, Habib Muhammad Al-Muhdor sangat menghormati Habib Jakfar, bahkan memberinya gelar “Al-Quran”. Tidak jarang ketika Habib Jakfar berziarah ke rumah gurunya itu, disembut dengan hangat dan penuh penghormatan, seraya berkata,”Ahlan bil Qur’an wa ahlan bi ahlil Qur’an.” (Selamat datang Al-Qu’ran dan selamat datang ahli Al-Qur’an).
Bahkan Habib Muhammad Al Muhdor selalu menunjuk habib Jakfar untuk menjadi imam shalat,karena dalam shalatnya, beliau membaca Al-Qur’an dengan baik, bertajwid dan dengan hati yang khusyu’. Kekhusyukan dan kehadiran hati beliau ini meliputi para makmum, sehingga mereka semua shalat dengan khudur dan khusyu’. Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi (Surakarta) bahkan berkata,”Ketika mendengar bacaan Habib Jakfar, aku mengikuti pendapat yang mengatakan bahwa pembcaan fatihah di belakang imam dalamm shalat jahriyah tidak wajib karena khudur yang kurasakan.”
Begitu fasehnya bacaan Habib Jakfar, salah seorang Habib pernah berkata, “Kalau Habib Jakfar membaca Al-Qur’an maka setiap huruf yang beliau ucapkan itu seakan-akan berbentuk.”
Julukan “Al-Quran” untuk Habib Jakfar bin Syaikhon itu sangat tepat. Pasalnya, hafalan, bacaan dan pemahaman Habib Jakfar terhadap Al-Qur’an cukup kuat. Habib Jakfar mengeluarkan berbagai ilmu dari Al-Qur’an dan pemahaman-pemahaman yang baik. Begitu kuatnya hafalan dan pemahamannya hingga tidak jarang menentukan tanggal dengan ayat Al-Qur’an.
Ketika Habib Ali bin Abdurahman Al-Habsyi membangun masjid di Kwitang Jakarta, Habib Jakfar mencatatnya dengan firrman Allah SWT,”Dan Sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (QS AL Hijr :99). Jumlah huruf yang ada dalamayat ini menurut hitungan abjad Arab adalah 1356, persis dengan tahun pembangunan masjid itu tahun 1356 H).
Habib Jakfar juga mencatat tahun selesainya pembangunan masjid Riyadh, Gurawan Pasar Kliwon Solo dengan firman Allah SWT :”Lalu mereka menjadi orang –orang yang menang (dikenal),” (QS As-Shaf, 14), yang huruf berjumlah 1354. Ayat itu sebagai pertanda bahwa habib Alwi bin Ali Al Habsyi akan menjadi ulama masyhur (terkenal) menggantikan ayahnya Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi.
Suatu saat beliau menerangkan rahasia asmaul khusna, beliau mengatakan,”Isim Dzat yang paling tinggi adalah Allah SWT,, sedangkan anama-nama sesudahnya adalah sifat. Sifat pertama adalah Ar-Rahman dan terakhir adalah As-Shabur. Jumlah huruf masing-masing kedua sifat Allah itu sama yaitu 298. Jika semua makna ayat Al-Qur’an. Hadist-hadist Nabawiy dan pemahaman –pemahaman sufistik beliau dicatat akan banyak yang dapat dikumpulkan.
Habib Jakfar sangat teguh menjaga ajaran salafus shaleh. Beliau beramal sesuai amal mereka dan berakhalak persis ahlak shalafus shaleh. Bisa dikatakan beliau adalah “duplikat” para salafnya. Selain itu Habib Jakfar adalah ulama yang tekun beribadah, selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan melakukan amal sholeh. Sifat mulia ini bisa dilihat ketika bliau sedang shalat. Saat itu beliau sangat khusyu’ bagaikan tiang yang tegak berdiri.
Tak pernah sekalipun meninggalkan shalat berjamaah dan shalat sunah rawatib. Amal ibadah diutamakan adalah membaca Al-Qur’an. Amalan ini yang menjadi keistimewaan beliau, karena tiada hari tanpa menghatamkan Al-Qur’an dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Malam harinya dihidupkan dengan beribadah. Di tengah malam beliau menyendiri di tempat khusus dengan memperbanyak istifgfar. Di saat itu, tak seorang pun berada disisinya, kecuali bila ada tamu berkunjung atau menginap di rumahnya, maka menjelang fajar belaiu bangkit untuk menuangkan kopi bagi tamu-tamunya. Begitulah kebiasaan beliau, menuangkan kopi sendiri dengan tangannya yang mulia, baik tamunya sedikit maupun banyak. Beliau jarang mengijinkan orang lain melakukannya.
Beliau dikenal sangat akrab dengan para tamu, tak jarang pula tamu yang datang tidak selkedar mampir di majlisnya namun juga mengambil berkah dari Barkatusy Syifa’(kolam penyembuhan) yang terletak di ruangan depan, tempat shalat, pengajian dan dzikir. Air minum Habib Jakfar berasal dari kolam itu. Sementara yang memberi nama Barkatusy Syifa’(kolam penyembuhan) adalah Habib Husein bin Muhammad A-Hadad, dan kolamm itu masih ada hingga sekarang.
Habib Jakfar aadlah ulama yang sangat sabar dalam menghadapi setiap ujian dan cobaan. Bertahun-tahun, beliau menyembunyikan penyakit yang menimpanya , tak pernah terdengar sedikitpun keluh kesahnya. Sampai-sampai keluarganya pun menyangka penyakitnya hanya bengkak di pipinya. Ssampai di akhir usianya baru terungkap lebih dari 12 penyakit yang dideritanya.
Dalam berbagai kesempatan, beliau berpesan agar selalu berabar, bahkan setelah wafat pun beliau muncul dalam mimpi anak cucunya untuk mewasiatkan kesabaran. Seperti diceritakan putra beliau Abdulah bin Jakfar .”aku bermimpi melihat ayahku di atas makamnya amak aku merangkul; beliau dan meminta doa, lantas beliau berkata “Selalulah kamu bersabar,”
Habib Jakfar bin Syaikhon merupaka ulama besar dan sempurna dalam meneladanai Rasulullah SAW. Hal ini menjadikan kedudukan beliau sangat dekat dengan Habibuna wa Murabuna Nabi Muhammad SAW. Buktinya, banyak para sholihin yang memimpikan Nabi SAW dengan wajah mirip Habib Jakfar, diantaranya Habib Zain bin Abdullah Al-Kaff dan Habib Abdul Kadir bin Ahmad Bilfagih (Malang). Ini adalah isyarat bahwa Habib Jakfar adalah Khalifah Rasulullah SAW.
Kehidupan ini memang berada di tangan Allah SWT, begitu pula kehidupan sang Wali pengabdi vAl-Qur’an, Al Habib Jakfar bin Syaikhon Assegaf. Beliau wafat dalam usia 76 tahun, tepatnya pada hari Senin 14 Jumadil Akhir 1374 H. Berita tenytang wafatnya waliuyullah ini cepeat beredar ke seluruh pelosok tanah air, sehingga pemakaman pun diundur sampai hari selasa sore.
Masyarakat berdatangan dari segala penjuru menuju Pasuruan. Puncaknya ketika shalat jenazah berlangsung , rumah-rumah penduduk dan ruas-ruas ajalan serta relung kota penuh sesak dijejali manusia yang ingin berziarah sekaligus ikut menshalati jenazah Wali Allah ini. Dan yang menjadi imam shalat jenazah pada saat itu adalah Habib Ahmad bin Ghalib Al Hamid kemudian makam beliau disandingkan atau berdampingan dengan makam Habib Hadi bin Shadiq bin Syaikh abu bakar.
Habib jakfar telah wafat, jasadnya telah terkubur dalam tanah, namun semangat dakwah dan ibadah belaiu tak pernah mati, masih meliputi orang-orang yang mencintai beliau termasuk masyarakat Pasuruan. Masjlis-majlis yang telah ia bina dan rintis justru semakin berkembang. Terbuktai majlis dzikir dan hizib di tempat kediaman oleh menantunya Habib Abdul Qadir Assegaf, semakin terus berkembang. Lebih-lebih ketika majlis ini diteruskan oleh sang cucu, yakni Habib Taufiq bin Abdulqadir Assegaf tempat yang biasa untuk majlisnya itu tak sanggup menampung lagi untuk jamaah, sebab selalu sja meluber sampai ke jalan KH Wahid Hasyim. Ruang medan dakwah juga tidak hanya sekedar taklim biasa, Habib Taufiq juga mensiarkan dakwah melalui banyak media baik media cetak maupun media elektronik seperti Radio Suara Nabawiy FM, dan Majalah Islam Cahaya Nabawiy. Ini menandakan suatu isyarat bahwa berkah yang dibawa Habib Jakfar masih melekat di tempat majlis dan kediamannya . ( Aji)
Tidak ada komentar: