Header Ads

Header Ads
Selamat Datang di Website www.suarabamega25.com " KOMITMEN KAMI MEMBANGUN MEDIA YANG AKURAT DAN BERMANFAAT BAGI MASYARAKAT " Alamat Redaksi Jl. Berangas KM. 2.5 No. 20 RT. 05 Desa Batuah Kotabaru Kalsel, Contact Mobile : 0812-5317-1000 / 0821-5722-6114.

Komitmen Politik, “Dus Kalalatu” Oleh: Noorhalis Majid


Suarabamega25.com - Yang membedakan Pemilu kali ini dengan sepuluh atau dua puluh tahun yang lalu, adalah sokongan jejak digital. Jangan pernah sekali pun berubah-ubah komitmen, karena setiap ucapan yang sudah disampaikan, direkam secara digital dengan apik.

Lihat saja, banyak beredar video yang memperlihatkan perbandingan pernyataan dulu dan sekarang. Bahkan beberapa waktu lalu, dengan sebulan atau seminggu kemudian. Awalnya melarang dengan argumen meyakinkan - setelahnya membolehkan. Awalnya menolak - berikutnya menerima. Semula yakin tidak mencalonkan diri - kemudian justru maju mencalonkan diri.

Komitmen yang berubah-ubah tersebut, mudah digoreng untuk kepentingan elektabilitas. Tentu tidak bisa membantah, karena jejak digitalnyan sangat jelas. Tinggal diberi kemasan, mulai dari hal sederhana soal “krisis kejujuran”, “pendusta”, hingga menggunakan term agama, seperti “munafik”, ”khianat” dll.

Jejak digital menjadi mesin pengingat paling efektif atas segala yang sudah disampaikan. Sepanjang masa kampanye, terjadi surplus janji dan komitmen. Jangan anggap remeh janji-janji yang sudah disampaikan, bila kemudian hari berubah dan tidak sesuai, jejak digital akan mengingatkannya. 

Dulu, ketika semua itu belum ada, kebudayaan Banjar mengikat kata, ucapan, dan segala komitmen agar tidak berubah atau bergeser dengan ungkapan “dus kalalatu”. Lengkapnya berbunyi “dus kalalatu, mati jadi hantu”. Waktu itu kalimat ini semacam matra sakti, yang mampu mengikat kata dan komitmen agar tidak diingkari.  

Kenapa sanksinya mati jadi hantu? Karena, apa gunanya hidup kalau matinya jadi hantu? Memang waktu itu “hantu” masih menakutkan, belum jadi industri.

Sekiranya dus kalalatu masih menjadi kalimat sakti, tidak perlu lagi bersusah payah mencari saksi, membubuhkan perjanjian bermaterai di depan notaris, atau mencari jejak digital. 

Sayangnya “dus kalalatu” sebagai pengikat komitmen, hanya tersimpan dalam memori kanak-kanak yang sekarang sudah semakin uzur, (nm)

Tidak ada komentar: