Dedikasi Santri, Kolaborasi Santri Ponpes Zainul Hasan Genggong Jayakan Negeri
Suarabamega25.com, Probolinggo - Bertepatan malam penuh barokah malam Nisfu Sya’ban, PZH Genggong mengadakan Haflatul Imtihan ke-92 di depan Masjid Al Barokah, Jumat-Sabtu (23-24/02/2024) di Pondok Pesantren Zainul Hasan , Genggong Kraksaan Probolinggo Jawa Timur.
Acara ini terbilang sangat megah dan mewah serta sangat meriah .
Tidak hanya semalam, kegiatan rutin ini dilaksanakan selama 2 malam berurutan.
Selama dua malam itu, berbagai penampilan disuguhkan kepada para hadirin. Mulai dari hadroh cilik, pidato dua bahasa, drama, dan masih banyak lainnya.
Salah seorang hadirin bernama Khurin Indana mengungkapkan, haflatul imtihan kali ini berbeda dengan sebelumnya. Menurutnya, konsep yang dirancang panitia berhasil menggambarkan sisi nyentrik santri.
“Orang lain biar tahu bahwa santri tidak hanya perihal kitab kuning saja,” jelasnya.
Berbeda dengan Khurin, hadirin sekaligus alumni PZH Genggong bernama Siti Fatimah merepresentasikan acara ini sebagai pelipur rindu terhadap pesantren.
“Makin rindu kegiatan pondok sewaktu jadi santri dulu,” ungkap wanita asal Bali itu.
Pada saat malam Puncak Haflah Imtihan juga dihadirkan Ketua PBNJ , KH Yahya Cholil Staquf ke Pondok Pesantren yang telah berusia 185 tahun di Jawa Timur ini.
Sebelum acara inti pada Sabtu malam 24 Februari 2024 juga ada penganugrahan serta pemberian hadiah bagi santri berprestasi baik tingkat nasional maupun internasional.
KH Mutawakil Alalloh bin Hasan Genggong dalam sambutan pembuka sengaja menghadirkan KH Yahya Cholil Staquf dari Jakarta ke ponpes Genggong dalam rangka membuka wawasan kekinian di mana perlunya Sains dan Teknologi perlu diperkenalkan dan di kembangkan di Pondok Pesantren, " buka KH Mutawakil Alalloh.
Selain itu menurut KH Mutawakil Alloh , Kiai Yahya (Ketua PBNU sekarang) merupakan salah satu dari 100 Tokoh Tokoh Berpengaruh di Dunia (No 15). "Kiai Yahya baru saja mendapatkan penghargaan Zayd Award di Abu Dabi, " sambung KH Mutawakil.
Pada sambutan pembukaan Haflah Imtihan, Kiai Mutawakil Alslloh juga menyampaikan perkembangan Pondok Pesantren yang saat ini telah membuka Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi dan Kesehatan di lingkungan Ponpes Genggong , Probolinggo, Jawa Timur.
Pidato KH Yahya Cholil Staquf (Ketua PBNU )pada awal sambutan menyatakan pentingnya kitab kuning bagi pondok pesantren .
"Pondok Pesantren untuk memberikan pendidikan syariah masyarakat dan khususnya kepada anak didiknya . Jangan sampai karena perkembangan ilmu dan pendidikan serta teknologi tapi tetap tidak melupakan pendidikan syariah di pondok-pondk kita, " kata Ketum PBNU. Sembari menyebut kegembiraan atas capaian perkembangan pondok pesantren Genggong yang telah mengembangkan pendidikan tinggi.
"Karena NÙ ini hingga terbentuknya jamiyah ini untuk syariah. Untuk agama maka keputusan Nau tidak boleh tidak didasarkan pada pertimbangan syariah karena ini perkumpulan dari ulama syariah. NU tidak boleh diasosiasikan perkumpulan tukang ojek atau pedagang pasar, " tegas Kiai Yahya.
"Sepanjang perjalanan ulama dari waktu ke waktu itu lah para ulama. Sejak didirikan NU , Hadratus Syaikh Hasyim Asyari selalu mengumpulkan ulama syariah (ahli syariah).
Kiai Yahya mempromosikan program Keluarga Maslahat. "Ini adalah tradisi ulama di Nusantara. Para ulama kita teguh pada ìlmu juga riayatul ummah -terlibat secara langsung untuk mengelola masyarakat dengan segala kemampuan yang ada, " tambah Kiai Yahya.
Diibaratkan Kiai dari dulu ibarat jadi dokter ditengah masyarakat di berbagai bidang.
Dulu riayah,diikuti oleh para Sulthan (penguasa). Tapi di Nusantara ini adalah oleh para ulama, " tambah Kiai Yahya.
Kiai Yahya juga mengisahkan betapa kegiatan keluarga nya yang dekat warga terutama dalam menerima tamu.
"Dari situ, muncul kesetiaan dalam membangun ummat.Ini semua adalah wadah dari riayatul ummah . Selain pengembangan dan pengajaran ilmu agama tidak ditinggalkan (dirosah, taklim juga ta'dib). Sehingga pondok pesantren tumbuh tidak berdasar kegiatan-kegiatan pengembangan pendidikan saja. Namun juga karena karamat kyai di sini terutama Kyai Hasan Sepuh. Ini harus dipahami paling dasar. Iman bukan karena bukti fisik dan perasaan. Iman itu diletakkan di hati orang-orang yang dikehendaki Alloh SWT.
Rasulullah SAW ibarat siraj (lampu) yang menerangi -sudah menyala. Di dada setiap mana manusia ada siraj, persoalan nya menyala atau tidak.
Agar menyala maka didekatkan dengan sumber (menyunyuk) yang sudah menyala. Demikian saat Rasulullah SAW, Sahabat, Tabiit , Tabiin..harus menempel , agar menyala. Ini adalah cahaya iman.Ini pentingnya menitipkan anak di Pondok Pesantren agar menempel dengan sumber cahaya (para kiai). Tidak hanya itu, keyakinan berkumpul dengan Rasulullah SAW (dzan) , sebagaimana kita membandingkan secara nyata maka yang diperlukan khusnudzan kepada Rasulullah SAW. Karena itu perlu didekatkan pada lampu minyak (dari cahaya Rasulullah SAW).
Maka agar santri punya siraj, santri harus punya khusnudzan dengan Kiai agar merasakan cahaya barokah Kiai Nahdhatul Ulama. Bila tidak merasakan, silahkan cari Barokah di tempat lain. Kiai Hasan Sepuh Genggong itu dahulu sendirian . Bayangkan bila semua Kiai berkumpul di jamiyah NU ini. Jadi sebenarnya mudah bagi kita untuk menyerap Barokah ini. Kiai Hadratus Syaikh Hasyim Asyari telah menegaskan bahwa ini sumber Barokah. Hanya nempel saja, sudah dipuja-puji orang, " terang Kiai Yahya yang saat no 15 dari 500 Tokoh besar di dunia.Zayd Award itu yang dapat adalah NU. (Aji)
Tidak ada komentar: