Keperdulian Pemilih Cerdas Oleh: Noorhalis Majid
Suarabamega25.com - Di menit-menit akhir jelang pencoblosan, kabarnya tumbuh kepedulian para pemilih cerdas yang sebelumnya cendrung golput atau tidak memberikan pendapat, akhirnya ikut berpartisipasi membangun kesadaran warga dan hadir ke TPS memberikan suaranya. Menurut pengamat, jumlahnya signifikan, mencapai 7%.
Mereka sering menjadi rujukan atau referensi banyak orang. Sehingga, kepeduliannya terhadap Pemilu dan kondisi politik saat ini, pasti mampu menggerakkan warga secara lebih luas untuk mengikuti pendapat serta kepedulian mereka.
Bangkitnya kelompok pemilih cerdas ini, mengkhawatirkan dan bahkan membuat panik orang-orang yang sudah membodohi warga dengan memberi uang dan sembako, atau menghipnotis melalui gimmick, hoax dan lain sebagainya.
Karena selain akan datang ke TPS, dimasa tenang mereka juga beramai-ramai menyampaikan sejumlah pernyataan, seruan. Membangkitkan kesadaran warga, agar turut menjadi pemilih cerdas yang peduli.
Memang tidak ada pilihan, agar kualitas Pemilu meningkat, semua pemilih mesti cerdas. Tidak asal pilih, asal coblos, lantas tidak mau tahu konsekuensi atas apa yang dilakukan.
Kalau sebelumnya terpapar berbagai bentuk kampanye kotor dan licik, maka dimasa tenang, kiranya sudah cukup untuk mengembalikan kesadaran bahwa suara kebenaran dan kewarasan, harus disalurkan dengan benar.
Sudah cukup waktu merenung, bahwa kita harus berpijak di bumi, tidak sedang mengkhayal terbang mengawang. Mampu melihat kenyataan yang sebenarnya, pada problem dan masalah yang harus dijawab oleh pemimpin berkualitas.
Bahwa yang sedang kita pilih beramai-ramai adalah pemimpin, yang mesti memiliki pengetahuan, pengalaman dan integritas. Sehingga dengan itu sanggup memikul segala amanah yang diberikan. Kita tidak sedang memilih pemimpi, yang hanya pandai memberikan janji-janji namun tidak mampu memenuhinya.
Kalau masih ragu siapa yang dipilih, masih ada waktu bertanya pada para pemilih cerdas di sekitar tempat tinggal, agar pilihan juga ikut cerdas. (nm)
Sayangnya pemilu sampai 2024 ini masih jauh dari LUBER JURDIL,dan belum demokratis.Dengan bukti hasil pilihan tiap tiap TPS per TPS memiliki yang mirip mirip saja.Misal dalam satu desa ada 5 TPS,antara TPS 1,2,3,4,5 hasil pilihannya yang terbanyak kandidat yang sama.Itu artinya tiap tiap pemilih masih banyak yang memilih karena di arahkan oleh pemilih lain.Misalnya anak dan istri disuruh milih sesuai pilihan bapaknya.Dan bapaknya disiruh milih sesuai pilihan kakeknya.Dan kakeknya di suruh memilih sesuai pilihan...dan seterusnya dan seterusnya hingga pusat.
BalasHapus