Dzulhijjah Haul Syekh Saman Al Madani
Suarabamega25.com - Di tengah persiapan Idul Adha atau hari raya kurban yang sebentar lagi digelar, peringatan haul Syekh Samman di masyarakat Banjar , Kalimantan makin mendekati puncak. Sebagaimana kita ketahui, Syekh Samman adalah pendiri tarikat Sammaniyah yang telah dikenal oleh masyarakat muslim di Indonesia, terutama di tanah Banjar. Nahdlatul Ulama (NU) memasukan atau mengakui keabsahan tarikat Sammaniyah sebagai salah satu tarekat mu’tabaroh (masyhur).
Banyak yang menyebut bahwa nama Syekh Samman semakin kondang dan mendapatkan tempat di masyarakat Banjar, adalah peran dari salah satu ulama kondang, yakni KH. Zaini Ghani atau lebih populer dengan panggilan Guru Sekumpul. Lewat ceramah, pembacaan manaqib (Biografi), hingga pelaksanaan haul yang dilakukan oleh Guru Sekumpul, Syekh Samman menjadi bagian dari masyarakat Banjar.
Akibatnya, banyak dari masyarakat Banjar yang rutin melaksanakan peringatan haul dan pembacaan biografi dari Syekh Samman hingga sekarang. Walau ada perbedaan pendapat soal relasi Guru Sekumpul dengan tarikat Sammaniyah, namun pemuliaan atas sosok Syekh Samman tidak terpengaruh sama sekali. Sebagian masyarakat Banjar percaya bahwa sosok bernama lengkap Syekh Muhammad bin Abdul Karim as-Samman al-Madani, adalah seorang wali.
Sebagai umat Islam, kita senantiasa dianjurkan untuk menuntut ilmu dimanapun dan kapanpun serta darimanapun ilmu itu berasal, selama ilmu itu baik, terpercaya dan bermanfaat bagi kita. Salah satunya yaitu ilmu Tasawuf. Tasawuf di Indonesia sudah tidak asing lagi didengar pada bidang keilmuan.
Selain di bumi Banjar, Kalimantan, haul Syekh juga digelar sebagai tradisi masyarakat Betawi yang masih kental. Manakib Syekh Saman dibaca oleh masyarakat untuk mengantar jamaah haji dari Betawi sewaktu akan berangkat ke Mekkah (pelepasan keberangkatan dari rumah).
Banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari sejarah hidup para tokoh sufi yang masyhur. Salah satunya yaitu seorang pendiri tarekat sammaniyah yang dimana tarekat ini terkenal di Indonesia, beliau ialah Muhammad bin ‘Abd al-Karim al-Madani as-Syafi’i as-Samman atau lebih dikenal denga Syekh Samman. Beliau yang merupakan waliyullah dan dekat kepada sang pencipta, tentunya terdapat kisah menarik dalam perjalanan sufinya. Maka dari itu penulis akan menyampaikan sedikit dari kisah beliau yang menarik dan tentunya terdapat banyak pelajaran yang dapat kita ambil.
Biografi Singkat
Syekh Muhammad bin Abdul Karim as-Samman al-Madani, (lahir di Madinah tahun 1132 H (1718 M)] - wafat di Madinah tahun 1189 H) adalah seorang ulama besar keturunan Nabi Muhammad ﷺ. Ia seorang ahlussunah wal jama'ah dengan paham Asy'ariyah di bidang tauhid (akidah), bermazhab Syafi'iyah di bidang fikih furu' ibadah, dan berpegang pada Junaid al-Baghdadi pada bidang tasawuf.
Wafat dimakamkan di pemakaman Baqi’ yang juga istri dan sahabat Rasulullah dimakamkan disana. Kemudian beliau diberi gelar oleh murid-muridnya as-Samman yang artinya pedagang mentega, karena disaat makanan mereka habis, beliau menurunkan ember ke dalam sumur dan ketika ember tersebut muncul, ember itu penuh dengan mentega. Adapun gelar-gelar yang pernah beliau dapatkan antara lain al-Waliy al-Kamil Mukammil (seorang wali yang sempurna lagi disempurnakan), Khatam Ahl al-‘Irfan (penutup para ahli ma’rifat), al-‘Arif billah (orang yang kenal dengan Allah), dan lain sebagainya.
Syekh Samman ketika hidup hingga wafat selalu di kota Madinah. Adapun beliau tinggal di rumah milik Abu Bakar al-Shiddiq yang termasuk Khulafaur Rasyidin dan juga sahabat Rasulullah saw. Sejak kecil beliau gemar dalam menuntut ilmu agama kepada ulama-ulama yang ada di sekitar Madinah dan beliau sudah hafal al-Qur’an disaat usianya yang ke delapan tahun. Lalu, di masa remajanya Syekh Samman telah menjadi guru agama di Madrasah Sanjariyah yang terletak di Madinah dan juga banyak berdatangan murid yang berasal dari negara yang cukup jauh. Akan tetapi, Syekh Samman tidak pernah merasa puas akan ilmu yang beliau miliki dan tetap belajar kepada ulama-ulama yang ada pada zamannya.
Adapun dalam bidang-bidang ilmu yang beliau pelajari seperti bidang hukum Islam, Syekh Samman berguru kepada Muhammad al-Daqqaq, Sayyid ‘Ali al-‘Aththar, ‘Ali al-Kurdi, ‘Abd al-Wahhab at-Thanthawi dan Said Hilal al-Makki. Kemudian untuk di bidang ilmu hadis, beliau berguru pada Muhammad Hayyat (seorang pengikut tarekat Naqsyabandiyah). Lalu pada bidang tasawuf dan ketauhidan guru beliau ialah Musthafa bin Kamal ad-Din al-Bakri yang berasal dari Damaskus dan menetap di Madinah. Ada juga guru beliau yang merupakan pengikut tarekat Khalwatiyah yaitu Muhammad bin Salim al-Hifnawi dan Muhammad al-Kurdi. Akan tetapi Syekh Samman tidak terpengaruh dari tarekat guru-guru beliau terhadap hasil karyanya.
Kisah Menarik Syekh Samman
Banyak kisah beliau yang terkesan aneh jika dipikirkan menggunakan rasionalitas, namun justru itulah yang membuatnya menarik untuk dibaca dan dipahami. Adapun cerita-cerita beliau semasa hidupnya baik seperti karomah ataupun amalan beliau tertulis di dalam kitab yang bernama Manaqib Tuan Syekh Muhammad Samman. Penulis tidak akan menceritakan semua kisah beliau, namun penulis akan mengambil beberapa kisah yang menarik dari beliau.
Di dalam manaqib beliau, cara pelaksanaan ibadah yang dilakukan oleh Syekh Samman di ceritakan, yang biasa disebut tarekat oleh para pengikutnya. Contohnya seperti disaat beliau melaksanakan ibadah sholat sunnah asyraq sejumlah dua rakaat dan sholat sunnah dhuha sebanyak dua belas rakaat untuk menyibukkan diri dalam ketaatan dan menjauhkan dari segala kesenangan duniawi, maka tidak heran beliau telah termasuk orang yang saleh bahkan sebelum sampai umur beliau.
Kemudian ada di suatu hari diceritakan bahwa ketika orang tua beliau kembali setelah sebelumnya orang tuanya memberikan makanan kepada Syekh Samman, ternyata makanan tersebut tetap utuh seperti sebelumnya dan belum disentuh sedikitpun oleh Syekh Samman. Hal ini telah menunjukkan bahwa betapa khusyuknya beliau duduk untuk berzikir kepada Allah, beruzlah dan berkhalwat.
Lalu selanjutnya pada manaqib beliau dikisahkan awal mula Syekh Samman dalam menjalani tarekat dan hakikat. Pada suatu hari ketika Syekh Samman berkhalwat, beliau kebetulan sedang mengenakan baju yang indah, kemudian Syekh Abdul Kadir Al-Jailani mendatangi beliau dengan membawa sebuah jubah berwarna putih dan menyuruh beliau untuk melepaskan bajunya yang indah dan mengenakan jubah putih yang dibawa oleh Syekh Abdul Kadir al-Jailani seraya berkata “Inilah pakaian yang layak untukmu”.
Syekh Samman menurut kabarnya kerap kali menyembunyikan ilmu dan amalan yang beliau miliki sampai pada Rasulullah memerintahkan kepada Syekh Samman untuk membagikan ilmu dan amalan yang beliau miliki kepada masyarakat di kota Madinah. Sehingga ilmu dan amalan beliau dikenal oleh orang banyak dan ingin mengambil tarekat kepada beliau. Tak jarang para raja memgirimkan beliau emas, perak dan lain sebagainya, namun Syekh Samman tidak mengambil sepeser pun dan langsung memberikannya kepada fakir miskin. Adapun beliau mengajarkan kepada para muridnya bagaimana cara salat, bersalawat, berzikir kepada Allah, beristighfar, dan cara berdoa kepada Allah. Kemudian beliau juga mengajarkan tentang akhlak yang mulia, sopan santun, zuhud, tauhid, tasawuf dan lain-lain.
Adapun salah satu karomah atau kemuliaan yang dimiliki oleh Syekh Samman di manaqib beliau adalah, siapa saja yang menyebutkan nama beliau sebanyak tiga kali, maka kesusahan baik dunia maupun akhirat akan hilang. Apabila seseorang berziarah ke makam beliau dan membaca al-Qur’an lalu berzikir, maka bacaan orang tersebut di dengar oleh Syekh Samman. Kemudian, beliau pernah berkata bahwa, Syekh Samman sudah pernah menjadi wali sejak di dalam kandungan ibunya. Lalu barang siapa memakan makanan beliau, dijamin masuk surga dan siapa saja yang masuk ke dalam langgarnya, maka Allah akan mengampuni dosanya.
Menurut penjelasan yang telah dipaparkan di atas, Syekh Samman merupakan seorang tokoh sufi yang terkenal di penjuru dunia bahkan di Indonesia sendiri. Pribadinya yang sedari kecil sangat mencintai akan ilmu pengetahuan dan berusaha agar dapat menuntut ilmu dari siapapun dan di manapun. Seseorang yang senantiasa menyibukkan dirinya untuk beribadah kepada Allah dan menjauhkan dari segala hal yang dapat menjerumuskan beliau dari kesenangan duniawi. Bahkan beliau mengajarkan ilmu dan amalan kepada masyarakat, tidak hanya itu beliau juga dengan ringannya membagikan harta yang dikirimkan kepada beliau untuk orang yang tidak mampu. Kisah hidup, kemuliaan, amalan, dan lain sebagainya telah dituliskan di dalam kitab Manaqib Tuan Syekh Muhammad Samman.
Kegigihan beliau dalam mempelajari ilmu tasawuf kepada guru-guru beliau, mengantarkan Syekh Samman menjadi seorang mursyid yang bisa mendirikan tarekat sendiri, sehingga kemuliaan yang dimiliki beliau tetap di ketahui oleh banyak orang dan tidak sedikit yang ingin mengambil karomah dari Syekh Samman.
Syekh Samman belajar Tarekat Khalwatiyah di Damaskus. Lama-kelamaan, ia mulai membuka pengajian yang berisi teknik dzikir, wirid, dan ajaran tasawuf lainnya. Ia menyusun cara pendekatan diri kepada Allah SWT yang akhirnya disebut sebagai Tarekat Sammaniyah. Sehingga, ada yang mengatakan bahwa Tarekat Sammaniyah adalah cabang dari Tarekat Khalwatiyyah.
Demi memperoleh ilmu pengetahuan, ia rela menghabiskan usianya dengan melakukan berbagai perjalanan. Beberapa negeri yang pernah ia singgahi untuk menimba ilmu di antaranya adalah Iran, Syam, Hijaz, dan Transoxiana (sekarang masuk wilayah Asia Tengah).
Syekh Samman menurunkan ilmu thariqar krpada murid-muridnya yakni Syekh Ismail Al-Khalidi Al-Minangkabawi, Syekh Tarekat Naqsabandiyah dari Sumatera Barat), Qutb Zaman Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari,Qutb Maktum Syekh Abul Abbas Ahmad at-Tijani (pendiri tarekat Tijani), Qutb Syekh Abdus Samad al-Palimbani, Qutb Syekh Abdul Wahab Bugis, Qutb Syekh Abdurrahman Mishri al-Jawi/al-Batawi, Qutb Syekh Dawud al-Fathani dll.
Adapun murid Syekh Muhammad Samman yang kemudian menjadi ulama tersohor di Indonesia antara lain, Syekh Muhammad Arsyad Banjary atau dikenal sebagai Datu Kelampayan asal tanah Banjar Kalimantan Selatan, Syekh Abdurrahman Misri, Syekh Abdul Wahab Bugis, Syekh Muhammad Nafis Banjar, Syekh Abdus Samad Al Falembani dan banyak lagi ulama tersohor lain pada masanya.
Di kabupaten Sumbawa provinsi Nusa Tenggara Barat, terdapat dua ulama yang diriwayatkan secara sanad garis keilmuannya bersambung kepada Syekh Muhammad Samman yakni Syekh Idris Bin Usman dan Syekh Abdullah Munir yang letak makam keduanya berada di komplek pemakaman Makam Sampar kelurahan Seketeng, Sumbawa.
Diriwayatkan, Syekh Idris Bin Usman merupakan seorang Ulama yang menjadi mufti kerajaan Sumbawa pada era Sultan Amrullah yang diberi wewenang untuk menghasilkan fatwa secara ijtihad, juga mengenalkan dan menerapkan syariat Islam pada masyarakat Sumbawa pada zamannya.
Adapun Syekh Abdullah Munir merupakan salah seorang murid Syekh Idris Bin Usman yang juga merupakan menantu dari Sultan Sumbawa. Mengenai hubungan garis sanad keilmuan keduanya, Syekh Idris Bin Usman dan Syekh Abdullah Munir dengan Syekh Muhammad Samman disambungkan melalui Syekh Abdus Samad Al Falembani, diriwayatkan dalam catatan sejarah, Syekh Idris Bin Usman merupakan murid Syekh Abdus Samad Al Falembani yang merupakan murid dari Syekh Muhammad Samman.
Dikisahkan Ratib Samman yang merupakan kumpulan doa dan dzikir karya Syekh Muhammad Samman merupakan suatu amalan masyhur yang rutin diamalkan oleh masyarakat Sumbawa khususnya pada era kesultanan Sumbawa.
Karyanya dalam bentuk kitab yang paling terkenal adalah: Al-Insab, Mu'jamul Mashayekh, Tazyilul, Tarikh Baghdad, Tarikh Marv.
Syekh Samman juga menyusun dan mengembangkan salah satu bentuk zikir, yang disebut Ratib Samman.
Syekh Samman wafat di Madinah pada hari Rabu, 2 Zulhijjah 1189 H (1775 M) dan dimakamkan di Jannatul Baqi (Baqi').
Tidak ada komentar: