Header Ads

Header Ads
Selamat Datang di Website www.suarabamega25.com " KOMITMEN KAMI MEMBANGUN MEDIA YANG AKURAT DAN BERMANFAAT BAGI MASYARAKAT " Alamat Redaksi Jl. Berangas KM. 2.5 No. 20 RT. 05 Desa Batuah Kotabaru Kalsel, Contact Mobile : 0812-5317-1000 / 0821-5722-6114.

Jejak Histori KH. Musta'in Romli, pendiri Jama'ah Ahlit Thoriqoh Mu'tabaroh Indonesia


Suarabamega25.com - Setelah ayahnya wafat, Kiai Musta’in memangku Pesantren Darul Ulum Peterongan, Rejoso (Jombang) dan Syaikh tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, yang memiliki puluhan ribu pengikut di Jawa Timur. Kiai Romli bin Tamim, meninggal dunia pada 1958, dia menggantikan kedudukan ayahnya baik sebagai kiai maupun syaikh tarekat. Baik Kiai Romli maupun Kiai Musta’in sama-sama tidak punya jabatan formal di NU, kecuali pada tingkat lokal.

KH Musta’in Romly lahir di Rejoso pada tanggal 31 Agustus 1931. Sejak kecil ia mendapat didikan langsung dari kedua orang tuanya. Dan baru tahun tahun 1949 M melanjutkan studi di Semarang dan Solo di Akademi Dakwah Al Mubalighoh, diperguruan ini bakat kepemimpinannya menonjol sehingga pada waktu singkat mengajak sahabat-sahabatnya yang berasal dari daerah Jombang mendirikan Persatuan Mahasiswa Jombang. Studi di Lembaga ini diakhiri pada tahun 1954 M.

Pada tahun 1954 M beliau aktif di Nahdhatul Ulama Jombang tempat asalnya dan kemudian menjadi pengurus IPNU Pusat tahun 1954 sampai 1956. Upaya menerpa diri untuk lebih matang sebagai pimpinan Pondok Pesantren, KH Musta’in Romli banyak beranjang sana ke berbagai pondok pesantren dan lemnaga pendidikan pada umumnya. Mulai tingkat nasional sampai internasional. Dalam kaitan inilah pada tahun 1963 M beliau Muhibbah ke Negara-negara Eropa dan Timur Tengah, yang huga berziarah ke makam Syeh Abdul Qodir Al Jailani tokoh pemprakarsa Thoriqoh Qodiriyah, di Irak.

Hal ini penting mengingat beliau adalah Al Mursyid Thariqah Qodiriyah Wannaqsabandiyah mewarisi keguruan KH Romly Tamim dam KH Cholil Rejoso. Oleh-oleh dari kunjungan muhibbah ini antara lain yaitu mendorong berdirinya Universitas Darul Ulum pada tanggal 18 September 1965. Universitas Darul Ulum sendiri diprakasai Dr KH Musta’in Romli, KH Bhisry Cholil, K. Ahmad Baidhowi Cholil, Mohammad Wiyono (mantan Gubernur Jatim), KH Muh. As’ad Umar dan Muhammad Syahrul, SH. Untuk melengkapi keabsahan KH Musta’in Romli sebagai Rektor, pada tahub 1977 beliau mendapat gelar Doktor Honoris Causa dari Macau University. Pada tahun 1981 lawatan ke Timur Tengah dilakukan kembali dengan hasil kerjasama antara Universitas Darul Ulum dan Iraq University dalam bentuk tukar-menukar tenaga edukatif, dan dengan Kuwait University dalam bentuk beasiswa studi ke Kuwait.

Pada tahun 1984 KH Musta’in berkunjung ke Casablanka, Maroko, tepatnya pada bulan Januari 1984, yaitu mengikuti Kunjungan Kenegaraan bersama Wakil Presiden RI Bapak Umar Wirahadi Kusuma dan Menteri Luar Negeri RI Bapak Prof. Dr. Muchtar Kusumaatmadja dalam acara Konverensi Tingkat Tinggi Organisasi Konferensi Islam (OKI). Kunjungan ini dilanjutkan ke Perancis dan Jerman Barat. Selanjutnya pada bulan Juli dengan tahun yang sama, KH Musta’in mengikuti Konferensi antar Rektor se- dunia di Bangkok.

Semua kunjungan dijalani KH Musta’in dengan tekun demi kelembagaan Pendidikan yang dialamatkan beliau, yaitu Lembaga Pondok Pesantren Darul Ulum, Lembaga Thariqah Qoddiriyyah Wannaqsabandiyah dan Universitas Darul Ulum. Sampai wafat pada tanggal 21 Januari 1985, beliau meninggalkan putra-putri M. Rokhmad (almarhun), H. Luqman Haqim dari Ibu Chafsoh Ma’som, Hj Choirun Nisa’ dari Ibu dzurriyatul Lum’ah, H. Abdul Mujib, Ahmada faidah, Chalimatussa’diyah dari Ibu Nyi Hj Djumiyatin Musta’in serta Siti sarah dan Dewi Sanawai dari Ibu Ny. Hj. Latifa.

Adapun jabatan yang pernah diamanahkan kepada Dr. KH Musta’in Romly adalah:

Aggota DPR - MPR RI tahun 1983 sampai wafat.

Wakil ketua DPP MDI tahun 1984 sampai wafat.

Rektor Universitas Darul Ulum tahun 1965 sampai wafat.

Al Mursyid Toriqoh Qodiriyah Wannaqwsabandiyah tahun 1958.

Ketua Umum Majelis Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ulum tahun

1958 sampaiwafat.

Anggota BKS Perguruan Tinggi Swasta tahun 1983 sampai wafat.

Anggota IAUP ( International Association of University President ) 1981 di

Chicago.

Ketua Umum Jam’iyah Thoriqot Mu’tabaroh Indonesia pada tahun 1975 sampai wafat.

KH Musta'in Romly dikenal tidak hanya sebagai Mursyid Thoriqoh Qodiriah wa Naqsabandiyah, tapi lebih dari itu beliau adalah buku hidup pelajaran politik yang wajib menjadi acuan dalam melangkah dan bergerak.

Lahir dalam keluarga pesantren dan dibesarkan serta didik oleh ayahandanya Romo KH Romly Tamim di Rejoso Jombang. beliau banyak menimba ilmu di pesantren yang diasuh di pondok Pesantren Darul Ulum Jombang, Romo KH Romly Tamim adalah seorang Mursyid Thoriqoh Qodiriah wa Naqsabandiyah dan pembuat istighosah yang dibacakan pada waktu pendirian jamiyah Nahdlatul Ulama (NU).

Lahir pada tanggal 31 Agustus 1931 di Rejoso Jombang, pada tahun 1949 hingga 1954 melanjutkan belajarnya di semarang dan solo di akademi dakwah al mubalighin. Setelah kembali ke Jombang beliau aktif dalam organisasi Nahdlatul Ulama dan menjadi pengurus IPNU pusat pada tahun 1954 s/d 1956. Ia memang mempunyai semangat yang besar untuk berorgainsasi, hingga pada tahun 1958 sang ayahanda Romo KH Romly Tamim meninggal dunia dan  ditunjuk menggantikan ayahnya sebagai pengasuh Pondok Pesantren sekaligus Mursyid Thoriqoh Qodiriyah wa Naqsabandiyah dalam usia 27 tahun. Usia yang yang sangat muda untuk menjadi Mursyid sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren. dan babak baru dalam hidup beliaupun dimulai.

Sebagai Pengasuh Pondok Pesantren, rajin bersilaturahim ke beberapa pondok pesantren baik nasional maupun internasional untuk study banding. Hingga pada puncaknya yakni pada tahun 1963 beliau berkunjung ke timur tengah dan berziarah ke makam Syekh Abdul Qodir al Jailani di Baghdad. Selain kisah mistik yang penulis tidak berani menuliskan disini, hasil dari ziarohnya tersebut berisi niatan beliau untuk mendirikan sebuah Universitas. 

Pada tahun 1965 berdirilah Universitas Pertama yang dimiliki sebuah pesantren yang bernama Universitas Darul Ulum. Wani ora Usum, disaat dunia pesantren yang waktu itu hanya fokus pada bidang keislaman, beliau visioner dengan cita-cita mencetak santri yang “berdada masjidil haram, berotak london”. Prestasi beliau yang berhasil membangun sebuah Universitas kemudian diikuti dengan prestasi beliau mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari Macau University pada Tahun 1977 sehingga beliau kemudian menduduki jabatan sebagai Rektor Universitas Darul Ulum Jombang.

Dalam kapasitas beliau sebagai Rektor, pada tahun 1981 DR KH Mustain Romly melakukan kunjungan kembali ke timur tengah dan melakukan kerjasama dengan Iraqi University dalam bentuk tukar menukar tenaga pengajar dan dengan Kuwait University dalam bentuk beasiswa studi ke Kuwait.

Selain aktif dalam forum Rektor sedunia seperti yang beliau hadiri pada tahun 1984 di Bangkok, beliau juga beberapa kali mewakili delegasi Indonesia dalam Konfrensi Tingkat Tinggi sidang Organisasi Konfrensi Islam (OKI).

Kiprahnya yang gemilang pada dunia pendidikan dan cita-citanya yang besar pada peningkatan kualitas sumber daya nahdliyin membuat beliau menjadi sosok kyai yang berpengaruh dan disegani, hingga kemudian nama besar itu menjadi kontroversi ketika ijtihad politik beliau yang berbeda dan tidak sejalan dengan mainstream ulama Nahdliyin.

Pada tahun 1973, DR KH.Mustain Romly menyebrang ke Golkar ditengah arus politik ulama NU yang berafiliasi ke PPP. Kritikan dan hujatan menyertai ijtihad politik beliau yang memilih Golkar (pendukung pemerintah) dan rival dari PPP yang merupakan partai afiliasi warga NU. Beliau mendapatkan “pengucilan” dari para kyai NU yang berada di PPP bahkan sempat ada ketegangan dengan keluarga selatan yang memilih kendaraan politik PPP. Puncaknya pada tahun1977, beliau menjadi Juru kampanye Golkar dan berhasil meyakinkan ribuan jamaahnya untuk memilih dan memenangkan Golkar.

Terjadi gejolak yang luar biasa di kalangan Nahdliyin menyikapi sikap politik dari KH. Mustain Romly, apalagi isu yang dibawah adalah Kyai Mustain Romly berkhianat pada NU dimana Rois am PBNU waktu itu adalah KH Bisri Sjamsuri Denanyar Jombang dan memobilisasi jamaah Thoriqohnya untuk kepentingan Golkar. Sehingga kemudian muncul thoriqoh Cukir (yang berafiliasi dengan PPP) di Cukir Jombang yang dipimpin oleh KH Adlan Ali dan mufaraqah dari thoriqoh Rejoso. 

Yang mengejutkan pula KH Mustain Romly juga membuat organisasi jamaah Thoriqoh baru yang bernama Jamaah Ahli Thoriqoh Mu’tabaroh Indonesia (JATMI) dimana beliau menjadi Rois Am dengan beberapa generasi emas sesudahnya seperti al mursyid Prof. DR. KhadirunYahya. Organisasi yang semacam tandingan dari organisasi Jamiyah ahli Thoriqohmu’tabaroh an Nahdliyah yang menaungi Thoriqoh Cukir yang cenderung ke PPP seperti halnya organisasi induknya NU, dimana sebelum itu beliau juga telah lama menjadi Rois am nya. Sikap politik beliau menjadi dilema bagi para jamaahnya, bahkan sebagian besar jama’ah yang tidak nyaman dengan situasi tersebut memilih bergabung dengan Kyai Ustman al Ishaqi Surabaya yang tidak berpolitik.

Sehari sebelum tanggal 1 Jumadil Awal 1405 H atau 21 Januari 1985, beliau berkata pada supirnya “besok disini rame, banyak mentri dan pejabat hadir”, si supir kebingungan karena setahu dia besok tidak ada acara apa-apa di pondok. Benarlah besoknya pondok Darul Ulum Jombang menjadi rame dengan ribuan orang, dan ternyata para mentri dan pejabat yang hadir datang untuk bertakziah dan berbela sungkawa atas wafatnya Romo KH MustainRomly. Beliau meninggal dunia ketika sedang dzikir setelah sholat isya’.

Dalam segala kiprahnya yang panjang dan kontroversial, beliau istiqomah sebagai Mursyid dari sebuah Thoriqoh pada usia yang cukup muda hingga menghadap pada Rabbnya. Seorang yang rela meninggalkan citra suci seorang mursyid dengan terjun ke dunia politik untuk kemajuan nahdliyin dan negara yang ia cintai. Beliau Mursyid Thoriqoh Qodiriah wa Naqsabandiyah . Peringatan haulnya selain digelar di Jombang,  juga digelar diberbagai kota di Jawa Timur seperti Malang,Probolinggo,Tulungagung dll. (Aji)

Tidak ada komentar: